Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengabadikan Namanya di Catatan Sejarah

Klickberita.com – Sastrawan besar Indonesia, Pramoedya Ananta Toer selalu mengatakan jika ingin mengabadikan nama, jadilah seorang penulis. Karena sebuah tulisan akan abadi, tak lekang oleh waktu, apalagi tergerus zaman. Penulis selamanya hidup di tengah masyarakat luas dan beriringan dengan peradaban manusia. 

Berikut quote inspiratif Pramoedya Ananta Toer di novel Anak Semua Bangsa, “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.”. Sungguh benar apa yang dikatakan Bung Pram, menulis adalah pekerjaan keabadiaan. Nyatanya ia sendiri selalu dikenang sepanjang sejarah sastra Indonesia. 

Ilustrasi menulis | Foto Istockfoto
Lalu mengapa kita harus mengamini pesan Bung Pram? Dan terpaksa pula harus mengikuti wasiatnya? Untuk menjawabnya sebenarnya banyak sekali alasannya. Tapi kali ini saya akan menjawabnya dengan sangat sederhana yang berhubungan dengan dunia perempuan, tentu saja buat si dia makin cinta. Mabuk kepayang. Mau tahu apa itu? 

Mungkin kamu tidak suka menulis hal-hal yang berat, seperti artikel agama, mengulas isu sosial dan politik, atau juga enggan menulis yang memaksa kamu jadi pusing. Itu sebenarnya wajar, apalagi kamu masih memulai menyukai dunia literasi. Biasanya menulis sesuka hati dan waktunya pun tidak terjadwal. 

Baik, itu tidak masalah, namun ingatlah pesan ini! “Romantis itu tidak harus berakting seperti aktor di film korea. Dan semua itu tampak sekali dibuat-buat dan dipaksaan. Tapi kalau kamu menulis apa adanya tentang dia, bukan dia saja menyebut kamu romantis, bahkan setiap pembaca.” 

Kalau laki-laki dan perempuan rasional tentu paham sekali maksud saya. Lain halnya dengan yang terlalu tinggi khayalan belaka, alias korban perfilman Korea. Ya, wajar kalau romantis itu versi drama Korea. Namun jadilah sosok Minke, tokoh utama di novel Tetralogi Pulau Buru karangan Pramoedya Ananta Toer. Minke digambarkan sosok yang sangat romantis. Romantis melalui tulisan untuk istrinya.

Menulislah untuk seseorang yang kamu cintai, misalnya untuk istri atau calon pengantin kamu. Cobalah menulis dengan segala apa yang kamu bisa, tidak masalah buruk hasilnya. Yang penting adalah mengabadikan namanya di catatan sejarah kamu. Hal-hal sederhana yang bisa dilakukan adalah mungkin kalian pergi liburan ke tempat-tempat indah. Setelah sampai di rumah buatlah catatan perjalanan kalian, apa saja yang dilakukan di sana, dan bagaimana keindahan wisata yang dikunjungi. 

Boleh juga menuliskan apa yang ia lakukan saat ini, misalnya dia jauh di kota seberang yang sedang menuntut ilmu. Tulislah tentang dirinya, apa yang membuat kamu selalu mengenangnya. Setiap hari kamu lakukan begitu terus, setahun, atau 2 tahun tulisan itu sudah bisa dijadikan sebuah buku. Tak hanya disematkan sebagai seseorang yang romantis, namun kamu juga sosok yang kreatif. Apalagi tulisan yang mengabadikan namanya itu sangat inspiratif. Top, deh, apa yang sudah kamu lakukan. 

Nah, lucunya, banyak sekali anak muda yang dianggap ingin menjadi sosok yang romantis dan berbeda. Ia pun ingin menuliskan sesuatu tentang sosok yang ia cintainya. Tapi ia tidak mau belajar menulis, ketika butuh sebuah tulisan untuk si doi, maka minta bantuanlah pada seorang penulis. Apakah tipe pemuda seperti ini romantis? Tentu saja tidak! Malah berkesan membohongi si doi. 

Padahal perempuan yang bijak dan rasional tidak butuh kalimat indah dari orang lain. Ia butuh ucapan dan tindakan nyata dari sosok yang dicintainya. Meskipun dengan bahasa amburadul. Setidaknya itu adalah sebuah kejujuran. Lain halnya jika hanya untuk mengesani sosok romantis yang harus menyewa penulis untuk merangkai kata. Nasib baik kalau tidak ketahuan, kalau si doi tahu bagaimana? Apakah tidak malu? 

Perlu diingat, menulis itu tak hanya membahagiakan diri sendiri, tapi juga orang lain yang membacanya. Dengan menulis itu pula nama kalian sama-sama abadi dalam catatan sejarah manusia. Moga-moga cinta kalian juga abadi, tak hanya di dunia, namun juga sampai di akhirat kelak. Romantis tidak sosok penulis itu? Romanstis dong! Hanya bermodal sebuah tulisan, bukan cokelat, bukan boneka, apalagi hadiah lainnya yang super mahal. Hanya tulisan jujur, Bro, yang dibutuhkan!  

Kamu juga tidak perlu menjadi Jalaluddin Rumi untuk merangkai kata-kata indah, cukuplah menjadi diri sendiri. Jikalau memang indah kata-kata yang keluar dari imajinasi kamu, itulah dirimu sebenarnya. Maka layak disebut sosok yang romantis! Nah, jika kata-kata itu tidak berkesan romantis, kamu juga tetap sosok romantis yang berusaha tampil apa adanya. Perempuan paling suka lihat laki-laki itu apa adanya, tidak dibua-buat. Ia ingin sosok yang nyata, bukan hayalan belaka seperti film Korea.

Jadi tinggal pilih, kamu ingin menjadi sosok khayalan atau nyata? Kalau nyata, maka menulis dan bersikaplah apa adanya dengan kemampuan yang dipunya, tanpa paksaan. Begitu, jadi sosok romantis, Bro! Romantis itu orang yang nilai, bukan kamu sendiri! [Asmara Dewo]

Baca juga: 

Info: Klick Berita di-update setiap Sabtu pagi. Bagi yang meng-copypaste artikel kami, wajib mencantumkan link www.klickberita.com 

Posting Komentar untuk "Mengabadikan Namanya di Catatan Sejarah"