Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ngapain, Bang, Dikerjakan Kalau Nggak Ada Duitnya

 Klickberita.com – Apa yang Anda rasakan ketika suatu bidang yang paling Anda cintai dalam hidup ini dipandang sebelah mata, bahkan terkesan dianggap tidak memberi manfaat sama sekali? Apalagi yang mengatakan itu orang terdekat Anda, salah satu orang terbaik dalam hidup Anda. 

Tentu marah, kesal, benci, dan geraaam sekali, bukan? Ya, tentu itu akan dirasakan saat kalimat yang tak pernah diduga keluar dari mulut orang terbaik itu, sakitnya bukan main, menusuk tembus ke ulu hati. Membekas, tak bisa sembuh, meskipun seribu maaf sembari sujud menarik kalimat paling “indah” tersebut. Luka tetap luka, meskipun maaf sudah dihaturkan. 

Ilustrasi penulis | Foto Shutterstock
Mungkin orang yang terlalu terbuka cara menyampaikan sesuatu itu niatnya baik, namun apa daya, kata-kata itu lebih menikam dibandingkan pencerahan. Lebih sakit dibandingkan obatnya. Setiap manusia mempunyai dunianya masing-masing, setiap orang punya profesi yang ditekuni, dan ketika orang lain sudah mencampuri urusan orang lain, dan itu sangat fatal sekali maka “warning” hubungan itu bisa jadi retak. 

Katakanlah seseorang itu penulis di salah satu situs, berbulan-bulan, bertahun-tahun belum menghasilkan uang. Tentu orang-orang akan menilainya sebelah mata, disepelekan, hanya menghabiskan waktu dan tenaga, bahkan dianggap “tidak waras” karena saban hari kerjanya menulis saja di depan laptop. Dan ketika ditanya, “ Berapa hasil dari menulis itu?” penulis kita pun menjawab dengan lugunya, “Belum ada, Bang.” 

“Ngapain, Bang, dikerjakan kalau nggak ada duitnya.” 

Seakan tak percaya jika orang terdekat menilai sesuatu yang dianggap penulis itu begitu mulia harus ada uangnya baru menulis. Mengerjakan sesuatu harus menghasilkan uang, tentu ini wajar. Hanya saja menulis bukan itu tujuan utamanya, namun kemanfaatan dari tulisan itu sendiri. Ketika tulisan tersebut sudah dirasakan pembacanya, barulah tulisan-tulisan itu akan menghasilkan uang. 

Uangnya dari mana? Tergantung si penulis itu sendiri bagaimana ia memanfaatkan tulisannya untuk mendapatkan keuntungan. Namun kali ini bukan membahas soal uang dari mana, sebab seorang penulis itu pintu rezekinya sangat lebar, apalagi yang sudah bertahun-tahun digelutinya. 

Kembali ke poin utama, orang-orang terdekat sudah sepatutnya memberi dukungan penuh dan doa, bukan malah sebaliknya, mematahkan semangat si kawan. Coba bayangkan si kawan tadi bermental kerupuk, ketika dibilang, “Ngapain, Bang, dikerjakan kalau nggak ada duitnya” tentulah si kawan langsung down yang berujung menguburkan mimpinya ke perut bumi. 

Apakah seperti itu gunanya seseorang yang dianggap terbaik? Jelas tidak! Dunia menulis bisa dipahami oleh penulis, profesi lainnya tak akan bisa paham soal dunia menulis. Omong kosong kalau hanya berlagak sok tahu, sedangkan dirinya sendiri bukan penulis. Jadi memang penulislah yang tahu betul dunianya, mau dibawa kemana tulisannya, dan bagaimana cara dia mengais rezeki dari setiap karya yang ditulisnya. 

Jikalau memang menulis harus dapat uang dahulu, pasti tak akan ada generasi penulis selanjutnya. Sebab apa? Ya, penulis pemula namanya belum populer, karyanya belum melejit seperti penulis senior, jadi wajar saja belum menghasilakan apa-apa dari karyanya. Semakin bagus saja karyanya itu sudah cukup baik. Kalaupun ketika terjun di dunia menulis sudah menghasilkan itu adalah keberuntungan. 

Terutama penulis yang idealis yang tak akan tergoda ataupun mau disuruh ini itu agar mendapakan uang dari tulisannya. Penulis idealis seperti itu punya cara sendiri bagaimana profesi yang digelutinya bisa jadi penghasilannya. Baginya idealisme nomor satu daripada urusan uang… uang… dan uang.

Hidup memang butuh uang, tapi bukan yang utama dalam hidup. Dan ketika seorang penulis tujuan utamanya adala uang maka setelah mendapatkan uang, apa lagi yang mau dia cari? Sudah menjadi milyoner pula. Tentu tak akan menulis lagi, karena sejak awal ia menulis untuk uang. Tidak ada yang salah memang, hanya saja dia bukan penulis yang produktif lagi. Ia berhenti ketika impiannya sudah didapatkan. 

Lalu tujuan menulis itu apa sebenarnya? Menulis itu kebaikan manusia. Selagi masih ada yang tidak baik di bumi manusia, itu artinya tugasnya sebagai penulis belum usai. Harus terus berjuang sampai detak jantung behenti dan mata terpejam selama-lamanya. Yang bukan seorang penulis tidak akan paham soal ini, jadi sebaiknya hanya menyimak. Kalaupun ikut berkomentar, berkomentarlah yang positif. 

Bukan seperti si abang kita yang tadi, “Ngapain, Bang dikerjakan kalau nggak ada duitnya.” 

Seorang penulis ingatannya sangat kuat, meskipun tak dituliskannya langsung di secarik kertas, namun ia tulis di hatinya yang penuh luka. Apakah dendam? Tidak! Ini bukan urusan dendam. Hanya sebagai peningat bagi penulis itu sendiri bahwa orang terdekatnya pernah mengatakan sesuatu yang sangat indah baginya. Dan itu diabadikannya dalam sebuah tulisan. 

Dan apakah dengan begitu bisa mengubah yang terjadi? Tentu tidak, yang lalu tentu kisah lalu, lembaran baru selalu terbuka bagi siapa saja yang mau memulainya. Termasuk si penulis sendiri dan orang-orang terdekatnya yang memberikan kalimat indah tadi. [Asmara Dewo

Baca juga:
Ketika Para Blogger Dilirik oleh Perusahaan dan Pemerintahan 
Membantu Anak Mencari Cita-citanya 

Info: Klick berita di-update setiap Sabtu pagi. Bagi yang meng-copy paste artikel kami wajib mencantumkan www.klickberita.com di bawah postingannya. Terimakasih

Posting Komentar untuk "Ngapain, Bang, Dikerjakan Kalau Nggak Ada Duitnya "