Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tiga Sensasi Berbeda di Pantai Srau Pacitan

Klickberita.com –Pantai Srau memiliki keunikan yang berbeda dibandingkan pantai yang ada di sekitar Pacitan. Tak heran, pantai yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur tersebut, salah satu primadonanya para wisatawan. Bahkan Pantai Srau juga disebut-sebut Raja Ampatnya Jawa Timur. Terlebih lagi tiket masuknya hanya Rp 6.000 per orang menjadikan wisata ini kerap ramai dikunjungi.

Pantai Srau Pacitan, Jawa Timur | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Minggu kemarin, 7 Mei 2017, dari Yogyakarta kami mengunjungi Pantai Pacitan, sebuah perjalanan yang sangat berkesan dan juga melelahkan. Rute kami dari Wonosari (Gunungkidul) – Wonogiri – Pacitan, rute ini dikenal dengan jalur selatan. Cukup banyak kendaraan yang lewat dari sini, bahkan anak touring sering kami jumpai di jalan. Sedangkan kendaraan pribadi atau bus, tidak terlalu banyak. 

Nah, kalau warga sekitar cukup ramai berlalu-lalang, hanya saja ketika malam hari perjalanan cukup gelap. Dan jalan yang rusak ada di sekitar Wonogiri, sudah berbulan-bulan perbaikan jalan di sana, tapi sampai sekarang belum selesai. Untuk Gunungkidul dan Pacitan jalannya mulus dan cantik. Lama perjalanan sekitar 5 jam, cukup jauh memang. Meski begitu ketika sampai di Pantai Srau, semua ini terbayar lunas. Pantai yang sangat indah, unik, dan berbeda tentunya.

Secara keseluruhan Pantai Srau ini sangat luas, bahkan saya bilang inilah pantai yang paling luas yang pernah saya kunjungi. Sebab Pantai Srau ini dibagi tiga titik lokasi pantai, dan dari ketiga pantai tersebut jaraknya mencapai 100 meter dari satu pantai ke pantai yang lain. Cukup jauh, bukan? Itulah uniknya. Yang paling mengesankan lagi adalah di setiap pantai memiliki karakter masing-masing.


Pantai Srau memiliki keindahan pasir putih yang landai | Foto Klickberita, Miftahul Jannah
Titik lokasi pertama pantai adalah pantai yang paling luas, dan soal keindahan ini pulang yang nomor wahid. Alasannya adalah pasir putihnya yang landai, dan birunya air laut yang begitu menggoda. Seakan-akan kita ingin berlari-lari di sepanjang pantai. Selain itu semilir angin di sini lebih sejuk, ombak lautannya tidak begitu ganas. Sehingga terpaan angin samudera meliuk-liukkan pohon kelapa yang berjejer rapi di sana.


Pengunjung tertidur pulas di atas hammoc | Foto Klickberita, Miftahul Jannah
Untuk bersantai ria, memang di sinilah tempatnya. Tampak di sana pengunjung memang benar-benar menikmati masa liburan yang begitu menyenangkan di Pantai berwarna biru tersebut. Ada yang tertidur pulas di atas pasir putih beralas karpet, ada pula yang bergelantungan di hammock. Sedangkan untuk mencicipi serunya bermain air pantai memang di sinilah tempatnya. Kami juga melihat keceriaan anak-anak yang membuat kami terharu, bahwa pantai ini memang sangat menyenangkan.


Keceriaan anak-anak di Pantai Srau | Foto Klickberita, Miftahul Jannah
Sedangkan untuk spot memancing berada di bukit yang terletak di sebelah kanan pantai. Menuju ke sana pengunjung meski menaiki bukit tersebut, tidak begitu tinggi dan susah. Jadi siapa saja bisa menikmati keindahan pantai dari atas bukit itu. Pemancing mania di sana juga memanfaatkan gajebo yang tersedia di sana, untuk meletakkan segala perkakasnya atau sekedar berteduh di terik matahari. Nah, untuk spot berfoto tentunya tak kalah keren dibandingkan di bawah tadi.

Setelah dari bukit itu kami turun menuju lokasi pantai kedua. Motor kembali kami hidupkan, dan menuju pantai yang terdapat banyak pulau. Di sana tampak karang besar yang bentuknya sudah seperti pulau. Ada yang besar, ada pula yang ukurannya kecil. Jumlah yang kami lihat dari pinggir ada 3 pulau. Dan semuanya itu tampaknya tak dijamah (dikelola).


Lokasi kedua di pantai Srau, ombak di sini begitu dahsyat | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Sungguh berbeda dengan pantai di Gunungkidul, contohnya saja Pantai Timang atau Pantai Sinden (Pulau Kalong), kedua pantai ini dikelola dengan cara membuat jembatan gantung yang dikomersilkan. Bahkan Pantai Timang yang begitu populer di Malaysia dan Singapura terkenal karena dari Gondolanya. Jadi tak menutup kemuningkinan juga Pantai Srau bisa menyusul Pantai Timang untuk dikelola dengan cara menguhubungkan pulau yang satu dengan pulau lainnya dengan jembatan gantung.


Miftah, Fitri, dan Rizka, tampak mereka mengabadikan keindahan dan juga keganasan ombak Pantai Srau | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Ombak paling dahsyat di antara 3 lokasi Pantai Srau adalah yang kedua ini. Anehnya lagi ombak di sini bisa mendadak tinggi, jika tampaknya tenang, dalam sekejab gulungan ombak bisa mengganas. Itu sebabnya pula petugas melarang keras wisawatan mandi di area pantai ini, meskipun ada satu tempat mandi yang sangat keren. Tempat mandi itu memang dihalangi sebuah tebing batu besar yang berlubang, hanya saja ketika ombak besar datang wisatawan bisa saja tergeret arus ombak.


Pengunjung sedang mandi, beberapa menit kemudian petusah melarang mereka | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Terbukti sekitar sebulan yang lalu ada wisatawan yang meninggal saat mandi di sini. Karena itu pula petugas sangat ketat menjaga wisatawan agar tidak mandi di sana pada jam-jam tertentu. Satu contoh lagi yang membuktikan ombak di sini sangat ganas adalah ketika Fitri dan Miftah sedang asyik berfoto cantik. Saat itu memang ombak tampak tenang. Karena saya sendiri tidak begitu jauh dari mereka. Namun beberapa detik kemudian ombak mendadak tinggi menyapu permukaan pantai. Sontak mereka down, ketakutan, wajahnya pucat.


Fitri dan Miftah dikejar ganasnya ombak Pantai Srau | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Karena saya hanya bisa melihat dari kejauhan dan sedang mengambil foto, terekamlah kedua traveller itu di kamera saat mereka sedang berlari dikejar ombak. Atas kejadian yang menciutkan nyali tersebut, Fitri dan Miftah tampak lebih pendiam, namun masih tetap berfoto cantik, hahaha. Jadi, saya pesa sama pembaca, kalau di Pantai Srau itu tidak seperti Pantai di Yogykarta yang bisa ditebak kapan ombak sedang tinggi-tingginya.

Oh ya, di setiap lokasi pantai terdapat warung-warung yang menjajakan makanan dan minuman. Karena di sini banyak pohon kelapa, minuman favorit di Pantai Srau adalah kelapa muda dingin. Harganya murah, hanya Rp 7.000. Sangat tepat menikmati air kelapa muda sembari menatap segala keindahan pantai, juga ganasnya ombak ini. Jangan tanyakan lagi soal deburan ombaknya, guys. Begitu dahsyat, sampai-sampai pulau itu sudah langsing di bagian bawahnya karena selalu dihantam ombak.


Lokasi Pantai Srau yang ketiga, pasir putihnya juga tampak landai | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Nah, berikutnya kami ke lokasi pantai yang ketiga, inilah titik spot penutup di Pantai Srau. Pasir pantainya landai, sedangkan ombaknya tidak begitu besar, mungkin karena berbentuk selat. Nah, untuk menikmati matahari tenggelam di sinilah tempatnya. Sayangnya kami tidak sempat menikmati sang surya tenggelam di garis horizon, sebab takut kemalaman sampai di Yogyakarta. Tapi saya jamin, bagi kamu yang kesini suatu hari nanti, berburu sunset di Pantai Srau adalah pilihan yang tepat.

Pemandangan lain yang indah di lokasi Pantai Srau yang ketiga | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Selain itu yang tak kalah seru lagi di pantai yang ketiga ini adalah menuju ke “hutan batu”. Nah, di sana itu terdapat batu cadas super tajam yang sangat banyak. Bahkan saking rapat dan banyaknya ada warga di sana mengambili batu-batu tersebut untuk dibawa pulang. Saya sempat menghampirinya.

“Untuk apa batu-batu ini, Pak?”
“Batu ini untuk tanaman bonsai,” jawab warga tersebut.

Saya tidak tahu hal tersebut dilarang atau tidak, hanya saja sangat disayangkan saja kegiatan pengambilan batu itu. Tentunya merusak keeksotisan Pantai Srau yang menjadi salah satu daya pikat wisata. Kedua warga yang saya jumpai itu menotok bebatuan yang besar tersebut dengan menggunakan palu. Lalu setelah dikumpulkan batu-batu itu diangkut di atas kepala. Warga yang berjualan di sekitar pantai sepertinya tahu pengambilan batu di sana.

Rizka di "hutan batu" Pantai Srau | Foto Klickberita, Asmara Dewo
Batu-batu indah itu adalah kekayaan mereka bersama, sangat disayangkan jika diambil hanya untuk sekadar mencari uang oleh oknum tertentu. Sebab sepertinya masih banyak cara lain mengais rezeki dengan memanfaatkan hasil kekayaan laut dan objek wisata itu sendiri. Setelah hari mulai tumbang di langit barat, kami pun bergegas turun dan siap-siap melaju pulang ke Yogyakarta. [Asmara Dewo]  

Info: Klickberita.com di-update setiap Sabtu pagi

Liputan wisata ini didukung oleh Padusi Hijab 

Baca juga:
Pantai Nampu, Secuil Surga di Perbatasan 
Dari Atas Bukit Pantai Indrayanti yang Begitu Memesona 

Posting Komentar untuk "Tiga Sensasi Berbeda di Pantai Srau Pacitan "