Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berpikirlah! Dan Jadilah Apa yang Anda Pikirkan

Klickberita.com – Pepatah bijak mengatakan berhati-hatilah dengan pikiran Anda, sebab apa yang Anda pikirkan menjadi ucapan Anda. Dan berhati-hatilah dengan ucapan, karena ucapan akan menjadi perbuatan Anda. Saya tidak tahu siapa yang pertama kali menuliskan kalimat ajaib ini, sebuah quote bijak yang sering berseliweran di depan kita. Hanya saja, seberapa banyak yang menerapkannya? 

Ketika saya mulai menyadari pikiran positif dalam hidup, saya menjelma menjadi manusia “kejam” dalam kehidupan. Kejam dalam artian positif. Maksudnya saya selalu meng-cut orang-orang yang mencoba mematahkan semangat saya mencapai kesuksesan. Termasuk saya harus keluar dari lingkaran keluarga saya sendiri. Sebab cara berpikir keluarga saya tidak cocok dengan impian dan perjuangan hidup saya.

Ilustrasi berpikir | Foto Shutterstock
Apakah saya dikutuk menjadi anak durhaka? Abang atau adik durhaka? Saya tidak perduli dengan itu semua, tapi yang jelas… ingin sekali saya sampaikan bahwa saya berjuang dalam hidup untuk segenap keluarga, kerabat, sahabat, juga negara dan bangsa. Mungkin juga alasan saya ini terlalu berlebihan dan bernada sok heroik. Saya kira tidak, begitu sederhana, karena hidup bukan untuk diri sendiri. 

Tiga tahun yang lalu impian saya adalah menjadi seorang penulis, dan sekarang apakah impian itu terwujud? Saya sendiri belum berani mengatakan iya. Namun saya aktif menulis sejak impian itu saya gigit sampai detik ini, dan bagi saya menulis adalah kewajiban. Terbukti 2 situs yang saya kelola perkembangannya cukup signifikan, meskipun dalam hal materi saya masih kalah jauh dengan penulis situs lainnya. Hanya saja binis saya juga ikut berkembang yang berdampak pada profit yang juga masuk ke kantong. 

Masa-masa sulit pastilah saya lalui, bahkan sampai saat ini kehidupan sulit juga bagai ombak yang menghantam setiap pasang surut. Bersama mitra bisnis dan penulis yang tergabung dengan saya, kami bersama-sama opitimis bahwa apa yang diperjuangkan akan menuju pencapaiannya. Saya juga selalu berpesan pada mitra bisnis saya, Rizka Wahyuni, agar berpikir positif, dan menghindari hal-hal negatif yang bisa merusak impian kami bersama.

Berpikirlah! Dan jadilah apa yang Anda pikirkan. Quote  ini mencerminkan perjuangan saya belajar menulis sekitar 3 tahun yang lalu. Pada waktu itu saya berpikir keras bagaimana menjadi seorang penulis. Setelah berpikir, saya pun berbicara pada diri sendiri dan orang lain bahwa saya akan (harus) menjadi penulis. 

Berkenalan dengan penulis senior maupun junior, mengikuti seminar menulis, aktif di komunitas menulis, memborong buku teori menulis untuk dipelajari, mempraktikkan apa yang saya pelajari, semua itu saya lakukan beberapa tahun silam. Maka apa yang saya perjuangkan pun tercapai, jadilah saya penulis. Hanya saja masih dalam skala kecil, tulisan saya masih di situs-situs. Ya, paling tidak tulisan saya sudah dibaca secara global. 

Jadi apa yang sebenarnya kita pikirkan, akan menjadi kenyataan jika kita serius menjalankannya. Anda yang membaca artikel ini bisa lihat perkembangan saya tiga tahun terakhir, karena saya tidak akan memberikan contoh dari orang lain, tapi dari saya sendiri. Saya tahu maraknya motivator yang tercoreng namanya karena tidak sesuai dengan perbuatannya, membuat efek negatif pembaca yang kritis. 

Tidak menelan bulat-bulat dari tulisan atau ucapan orang lain, itu sungguh bijak, hanya saja tidak mempercayai orang yang berusaha mengubah kehidupan kita adalah bentuk kesombongan. Mungkin Anda juga berpikir begini, kenapa harus repot-repot mengurusi kehidupan orang lain, sementara diri sendiri belum tentu lurus (baca: benar). 

Begini, guys, orang-orang yang berpikir dan berjiwa besar itu selain memikirkan dirinya sendiri, juga memikirkan orang lain. Mungkin bagi Anda yang belum tersentuh sisi kemanusiaan, hal-hal ini seperti jargon-jargon belaka. Itu tidak masalah, hak Anda percaya atau tidak. Namun pesan saya, cobalah sesekali melihat dunia luar, di mana orang-orang yang melakukan sesuatu tanpa pamrih. Meskipun taruhannya nyawa. Orang-orang seperti itu biasanya tergabung dalam organisasi relawan. 

Atau juga Anda menyaksikan orang-orang kaya yang menyisihkan hartanya untuk orang yang belum beruntung, entah itu di jalanan, di pantai sosial, dan di mana saja ketika ia melihat orang-orang yang layak dibantu. Saya sangat yakin, Anda pasti pernah melihatnya. Hanya saja hal-hal seperti itu dianggap angin lalu, tidak mau berpikir kenapa mereka mau melakukannya? 

Jika dibandingkan dengan contoh-contoh orang di atas tadi, apa yang saya tuliskan seperti ini tentulah tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah kita bisa membantu, meringankan, mencarikan solusi, sesuai profesi kita masing-masing. Dan karena profesi saya menulis, maka saya pun bersumbangsih untuk dunia melalui tulisan. 

Saya berharap Anda bisa mengambil sisi baik dari perjuangan saya menjadi seorang penulis. Saya ingin bertanya kepada Anda, apa impian Anda 3 atau 5 tahun ke depan? Sebuah Impian berupa profesi yang bisa mengubah kehidupan Anda di masa yang akan datang. 

Apakah ingin menjadi penulis juga, jika iya itu bagus sekali, Anda bisa mengikuti apa yang sudah saya lakukan seperti yang sudah saya tulis di atas tadi. Menjadi seorang pebisnis juga sangat bagus, Anda bisa memulainya dari sekarang dengan berbisnis kecil-kecilan dulu. Bebisnis adalah cara cerdas dan paling logika untuk mengubah hidup 180 derajat dibandingkan profesi lainnya. 

Sejak kecil saya dibesarkan dari keluarga bisnis, meskipun bisnis yang dilakukan keluarga saya masih secara tradisional. Tapi yang ingin saya sampaikan adalah mereka yang berbisnis soal keuangan jauh lebih hebat dibandingkan anggota keluarga lain yang memilih bekerja di perusahaan orang lain. 

Mungkin karena saya dibesarkan dari lingkungan bisnislah kenapa saya lebih memilih menjadi pebisnis daripada bekerja di perusahaan. Apalagi saya sendiri juga pernah bekerja di perusahaan denga gaji standar UMR. Sungguh bagi saya itu tidak memuaskan. Mengingat saya orang yang tekun, loyal, jujur, bertanggungjawab, dan berusaha semampunya memajukan perusahaan yang menjadi sumber penghasilan saya. Jadi saya pikir dengan segala kecerdasan dan kemampuan saya lebih baik membangun bisnis sendiri, dan membuat diri sendiri kaya, daripada membuat orang lain menjadi kaya. 

Bukankah berbisnis itu cukup berbahaya dan penuh risiko? 

Semua profesi pasti ada risikonya, hanya saja berbisnis itu risikonya kecil. Apalagi Anda memulai bisnis kecil-kecilan, ya, mana mungkin rugi besar, modalnya saja kecil. Benar, kan? Tapi coba bandingkan, kalau modal Anda hanya 3 atau 5 juta, dan setiap bulannya mendapatkan keuntungan 1 juta saja , atau 500 ribu, bukankah itu cukup baik? 

Orang yang bilang berbisnis itu penuh risiko, biasanya orang yang belum pernah berbisnis. Dia hanya mendengar dari orang lain, tapi berkoar-koar, bilang bisnis itu sangat riskan. Atau juga orang yang pernah berbisnis namun gagal di tengah jalan. 

Soal kegalalan, setiap orang juga pernah gagal, orang-orang yang bekerja di pemerintahan dengan statusnya PNS juga tidak semua mulus saat ikut seleksi tes CPNS. Begitu juga Anda yang saat ini bekerja di posisi strategis, juga mungkin pernah ditolak dari perusahaan lainnya. Sama halnya dengan seorang pebisnis, pernah jatuh-bangun. Jadi hal yang biasa soal kegagalan dalam hidup ini, tak perduli apakah dia seorang pebisnis, karyawan, pegawai negeri atau swasta. 

Dan yang membedakan adalah,bagaimana dia menyikapi kegagalan itu? Apakah tetap terpuruk atau bangkit untuk memulainya kembali. 

Atau juga Anda ingin meniti karir yang jauh lebih sukses di perusahaan Anda sekarang. Itu juga tidak masalah, hak Anda untuk memilih kesuksesan dalam hidup. Maka belajarlah dari atasan Anda, bagaimana cara dia bekerja dulu, dan itu disesuaikan dengan kemampuan Anda sekarang. 

Nah, semua profesi itu juga harus menekankan sifat yang baik. Sepertinya saya tidak perlu lagi menuliskan bagaimana menjadi seseorang yang baik. Karena kita sendiri paham mana yang baik, dan mana yang buruk, hanya saja mungkin selama ini dilanggar. Maka mulai dari sekarang Anda bisa lebih patuh terhadap rambu-rambu kehidupan. 

Sebagai penutup, jika Anda sudah mantap ingin menjadi apa 3 atau 5 tahun kedepan, maka mulailah dari sekarang. Tidak ada istilah terlambat untuk memulai, terlambat untuk memulai itu hanya bagi orang pecundang. Lebih baik menyusul meskipun terlambat, daripada sama sekali tidak melangkah, dan memilih menjadi orang yang tidak berguna. 

Anda jangan sakit hati jika saya bilang tidak berguna, karena lebih sakit lagi jika orang lain yang mengatakannya di 5 tahun yang akan datang. [Asmara Dewo]

Baca juga:

3 komentar untuk "Berpikirlah! Dan Jadilah Apa yang Anda Pikirkan "