Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sindiran James Cameron terhadap Penggusuran Masyarakat Adat melalui Film Avatar

 



James Cameron, penggarap film Avatar | Foto Reuters, Fred Prouser

Klickberita.com-Akhir-akhir ini, banyak orang yang gemar menonton Avatar The Way of Water, yang mana merupakan film garapan James Cameron dengan melanjutkan kisah dari Avatar pertama yang telah rilis tahun 2009 silam. 

Film ini dikenal banyak orang karena memang menjadi salah satu film terlaris sepanjang masa sehingga tak heran ketika seri lanjutannya ditayangkan, banyak orang-orang berbondong-bondong menonton filmnya di bioskop.

Avatar sendiri pada awalnya bercerita tentang seorang pria disabilitas mantan marinir bernama Jake Sully yang dipanggil ke planet yang bernama Pandora menggantikan saudara kembarnya, Tommy Sully, yang sebelumnya telah tewas dibunuh oleh perampok. 

Alasannya karena Jake memiliki DNA yang sama dengan saudara kembarnya, sehingga cocok untuk menggantikan Tommy untuk melanjutkan proyek Avatar, sebuah tubuh buatan yang dibuat menyerupai bangsa Na’vi, ras asli dari planet Pandora.

Jake kemudian menggunakan avatar dari saudara kembarnya tersebut untuk berinteraksi dan berbaur dengan masyarakat asli Pandora, sampai menjadi bagian dari Omaticaya, saudara sedarah bagi penduduk Na’vi.

Namun bukan Jake yang akan kita bahas dengan seluruh cerita ia menunggangi kuda khas Pandora atau burung terbang yang bernama Toruk. 

Atau character development-nya yang tengil hingga menjadi seorang pahlawan bangsa Na’vi, melainkan bagaimana arus cerita film yang digarap oleh James Cameron ini menyindir penjajahan yang dilakukan kaum-kaum pemilik modal berkepentingan dengan menggunakan kekuatan dan kekerasan.

Di planet Pandora, terdapat Unobtanium, sebuah ‘batu’ atau unsur yang sangat berharga bagi manusia yang perkilonya memiliki harga 20 juta dollar. Manusia yang datang kesana utamanya memiliki tujuan untuk mencari Unobtanium, namun mencoba berbaur dengan penduduk setempat, mengajari bahasa Inggris, dan mempelajari bagaimana cara mereka hidup. 

Pada akhirnya, manusia-manusia serakah tersebut mulai tidak sabar dan mulai mencoba menjarah serta menguasai unobtanium tanpa menghiraukan kesejahteraan dan ketenangan penduduk setempat.

Penggusuran, bulldozer, hingga pembakaran dilakukan ke pohon-pohon dan hutan-hutan tempat dimana bangsa Na’vi tinggal. Banyak orang yang lebih fokus ke cerita perjuangan Jake membebaskan masyarakat Na’vi, namun sebenarnya James Cameron mencoba menyampaikan bahwa film Avatar adalah alegori dari kolonialisme.

Agresif tanpa peduli lingkungan, korporasi yang haus uang dan kekuasaan yang didukung oleh pasukan militer yang memiliki keinginan menghancurkan tempat tinggal keramat dari suatu komunitas masyarakat adat setempat untuk mendapatkan sumber daya yang berharga, terdengar tidak asing di telinga. 

James Cameron sendiri telah mengakui bahwa ide film Avatar berasal dari periode kolonisasi terhadap penduduk asli Amerika, Suku Indians.

Hal ini tentu tidak asing pula di Indonesia, dimana di setiap daerah terjadi kasus-kasus penggusuran masyarakat adat, pengambilan tanah secara paksa oleh pihak korporasi demi kepentingan pribadi, hingga adanya korban jiwa dalam kasusnya. 

James Cameron berhasil memberikan sindiran terhadap apa yang kita sebut sebagai penjajahan, ia berhasil menunjukkan bahwa hutan maupun tanah adat tempat masyarakat tinggal sebagai ‘surga’ mereka melalui animasi dan grafis yang sangat indah dalam film Avatar.

Cerita ini tentunya memiliki relasi dengan masyarakat adat, tanah mereka, dan bagaimana melihat ‘surga’, sehingga mereka rela berjuang hingga mempertaruhkan nyawa melindungi tanah tempat tinggalnya.

Film Avatar pada akhirnya bukan hanya sekadar film dengan exo-planet yang belum terjelajahi, animasi yang ciamik, grafik yang indah, karakter alien tinggi biru yang menarik dengan segala sifat mereka. Tetapi juga sebagai peringatan bahwa penggusuran itu sangatlah tidak pantas dilakukan apalagi terhadap bangsa dan tanah tempat tinggal orang lain.

Penulis: Abdul Hafid Subedi

Baca juga: 

Tujuh Film Indonesia Terlaris di Tahun 2016

Empat Film Iko Uwais yang Membangkitkan Perfilman Indonesia

Tiga Film Vino G Sebastian Sangat Cocok dengan Karakternya



Posting Komentar untuk " Sindiran James Cameron terhadap Penggusuran Masyarakat Adat melalui Film Avatar"