Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ahok Kalah, Langkah PDI-P Semakin Suram di Pilpres 2019?

Kekalahan pasangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Saefullah di Pilkada putaran kedua hari Rabu lalu hadiah buruk bagi PDI-P. Tumbangnya sang petahana dihantam sang penantang Anies Baswedan dan Sandiaga Uno berdasarkan quickcount tentulah membuat PDI-P ketar-ketir menyusun strategi baru. Memang Pilpres 2 tahun lagi, namun amunisi persiapan untuk maju sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebelumnya. Bisa jadi andai Ahok menang, mantan Bupati Belitung Timur itu akan disandingkan dengan Joko Widodo dalam Pilpres 2019 nanti. 

Sayang seribu sayang, nasib baik tak berpihak pada mereka, dengan “legowo” Ahok-Djarot melepaskan jabatannya di Oktober mendatang. Padahal kita ketahui bersama, Ahok adalah salah satu “anak emas” Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri, melalui kaki tangan Ahok inilah harapan Megawati bisa memperkokoh lagi perpolitikannya di Indonesia. Harapan Megawati jelas, jika Ahok menang di Pilkada Jakarta, akan mempermudahkan partainya lagi untuk menjagokan Joko Widodo di Pilpres 2019. 

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Megawati Soekarno Putri, dan Djarot Saefullah | Foto Kumparan
Hadiah buruk bagi PDI-P juga sebelumnya sudah dirasakan ketika jagoan mereka, Rano Karno kalah di Pilkada Banten Februari lalu. Kekalahan Ahok dan Rano Karno menjadi PR berat bagi PDI-P jika ingin tetap menjadi partai penguasa pemerintahan. Banyak pengamat politik mengatakan kekalahan yang diusung PDI-P adalah imbas dari kasus Ahok atas penistaan agama. 

Sedangkan di Jawa Tengah sendiri, kader PDI-P, Ganjar Pranowo, yang juga Gubernur Jateng, saat ini tersandung kasus mega proyek E-KTP. Ngeri-negeri sedap tentunya. Lalu bagaimana dengan Jawa Timur? Sepertinya Tri Risma Maharani yang akan dimajukan tahun depan. Memang saat ini Risma dikenal baik oleh masyarakat Surabaya, tapi bukan berarti secara keseluruhan. Bisa jadi keok juga dengan calon lainnya. Bukankah Rano Karno sang petahana sangat kuat? Dan terbukti tumbang juga akhirnya.

Kembali ke soal Ahok, kita ketahui bersama pula, selama Ahok tersandung kasus tersebut, Megawati memang tampak pasang badan untuk melindungi anak emasnya itu. Saking membelanya, Megawati sempat menyinggung para alim ulama yang menuntut Ahok sebagai peramal masa depan (surga-neraka). Pada saat itu Megawati secara tak langsung menyepelekan hari akhir, yang diyakini umat Muslim merupakan salah satu rukun iman.

Kemarahan umat Muslim semakin tersulut, sudahlah Ahok tetap bebas, malah Megawati berujar hal seperti itu di dalam pidatonya tersebut. Hal-hal ini pula yang menggerus suara jagoan PDI-P di Pilkada Banten dan Jakarta. Sebuah perjuangan umat Muslim yang dianggap enteng dalam aksi damai selama ini membuktikan pengaruh yang sangat besar terhadap Pilkada di manapun. 

Kekuatan massa tak akan bisa dibendung dengan apapun, hanya keadilanlah yang bisa menghentikannya. Selagi ketidakadilan belum tegak, maka tuntutan akan terus menggelombang. Nah, cara mereka itu salah satunya adalah sepakat untuk tidak memilih calon siapapun yang diusung PDI-P, sebab selama ini partai berlambang banteng bermoncong putih itu dinilai cenderung melukai nurani umat Muslim Indonesia. Bisa diprediksi siapapun yang dijagokan PDI-P di Pilkada serentak tahun 2018, bakal tumbang. Meskipun itu sekelas Ridwan Kamil yang mulai dilirik oleh PDI-P. Sebab mayoritas umat Muslim semakin resah sejak atas menyeruaknya kasus penistaan agama Islam yang dilakukan Ahok.

Baca juga:
Kenapa Jokowi Lebih Mengutamakan Pembangunan daripada Pendidikan?
SBY dan Prabowo, Selamatkan Bangsa Ini! 

Mulai dari perkedilan ulama, tokoh-tokoh Islam yang dituduh macam-macam, tokoh nasionalis yang dituduh makar, urusan agama Islam yang dicampuri, padahal bukan wewenangnya, dan lain sebagainya yang menyakiti umat Islam. Hal-hal ini membuat geram dan tak sabar selaku agama mayoritas untuk mengubah keadaan dengan cara memilih pemimpin yang adil, yang adil terhadap agama apapun, terlebih lagi bagi umat Muslim sendiri. PDI-P seakan menutup mata, bahwa di Pulau Jawa mayoritas Muslim, sementara kasus-kasus mengenai Islam dianggap sepele. Jokowi yang selaku presiden, yang juga kader PDI-P tak bisa berbuat apa-apa. 

Salah satu dari kader PDI-P sendiri juga sempat berujar agar Ketua Umum PDI-P Megawati untuk segera pensiun dari perpolitikan Indonesia. Artinya apa? Maksudnya secara tak langsung adalah Megawati segera undur diri dari jabatannya sebagai pemimpin tertinggi di PDI-P. Mengingat usia Megawati juga sangat tua, pikiran yang berat bisa memperburuk kesehatannya. Kabarnya juga ada video Megawati menangis saat mengetahui Ahok –Djarot kalah. Saya sendiri mencari videonya, tapi tidak ketemu di Youtube. 

Di Pilkada serentak tahun depan, khususnya Jawa Barat, inilah salah satu kursi kekuasaan yang akan direbut oleh PDI-P, jika tetap keok, maka suramlah harapan PDI-P di Pilpres 2019. Sebab Jakarta dan Jawa Barat adalah provinsi yang strategis untuk menguasai keseluruhan Indonesia. Jika PDI-P tidak bisa belajar dari kekalahannya, PDI-P akan kembali menjadi partai oposisi seperti di tahun 2004-2014. Selama 2 periode itu PDI-P garang sekali terhadap pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. [Klickberita.com/Asmara Dewo]

Info: Klickberita.com di-update setiap Sabtu pagi

Lihat juga video menegangkan Kawah Bromo


2 komentar untuk "Ahok Kalah, Langkah PDI-P Semakin Suram di Pilpres 2019? "

  1. Ahok kalah pamor dibanding pak jokowi yang memang dipilih rakyat ahok itu sopo?PDI-P tidak ketergantungan kepada ahok dari awal mandiri tidak mengandalkan pamor bapak ahok tetap maju sukses pemilu

    BalasHapus