Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Wanita yang Otoriter dan Suka Memonopoli

Klickberita.com – Mengapa pria lebih dicurigai daripada wanita, dalam hal kesetiaan? Padahal belum tentu kaum Adam selalu menyimpang dalam urusan cinta. Jelas ini tergantung pada individunya masing-masing. Namun, sekali pria sudah dicap buruk oleh wanita, maka siap-siap dikerangkeng kebebasannya. Terutama pada istri super galak. 

Dunia pria cukup misterius, dan hanya kaum pria sajalah tahu bagaimana dunianya. Nah, wanita terkadang sok tahu. Begini salah, begitu salah, tidak boleh begini, tidak boleh begitu, dengan ragam alasan yang dibuat-buat. Padahal penyebab utamanya adalah cemburu, dan takut ditinggalkan. Namun perempuan berkelit lidah, demi kebaikan si pria. 

Ilustrasi wanita otoriter | Foto Gettyimage
Wanita tidak akan tahu dunia pria. Jika kepercayaan dari wanita itu sendiri sudah punah. Pria tidak melulu berkutat di rumah, dunia di luar juga harus diimbangi. Lain halnya dengan wanita, yang bisa dibilang 70 persen di rumah. Pria tidak bisa begitu. Mulai dari duduk bersama-sama dengan tetangga, bersosialisasi di tengah masyarakat, sampai berteman dengan siapa saja. 

Terlebih lagi bagi seorang pria yang berprofesi digandrungi banyak orang, baik para pria, maupun wanita. Si wanita ini akan takut sekali jika orang yang dicintainya itu macam-macam. Boleh, sih, boleh begitu! Tapi kalu sudah keterlaluan, apa bedanya dengan petugas lapas? Pria adalah seorang pemimpin, ia tahu betul dalam melangkah. Meskipun sesekali keliru, dan itu harus diingatkan. 

Di benak wanita yang bercokol di kepalanya adalah bagaimana jika aku ditinggalkan, dan dia cari wanita lain. Lebih cantik, lebih seksi, lebih anggun, dan lebih segalanya. Inilah kalimat-kalimat yang menghantui wanita tipe seperti ini, tipe wanita yang mengikat leher pria. Takut, takut akan ditinggalkan dan keliru dalam memahami kepercayaaan dan kesetiaan. 

Baca juga:

Kepercayaan tidak akan disebut kepercayaan jika tidak teruji dan diuji. Begitu juga dengan kesetiaan. Kita tidak bisa menjauhkan arti dari kepercayaan dan kesetiaan dalam sebuah hubungan. Semakin dijauhkan kepercayaan dan kesetiaan itu, maka diri sendirilah yang tersiksa. Sungguh tidak enak jika tersiksa begitu. Sedikit-sedikit cemburu, sedikit-sedikit ngambek. Kalau begitu, kenapa juga memilih pasangan pria yang tampan, cerdas, disenangi banyak orang, dan kesempurnaan lain yang dimilikinya?

Seperti yang sudah disinggung di atas, ini sebenarnya adalah bentuk cemburu yang berlebihan saja. Tidak lebih dan tidak kurang. Tapi kalau ditanya, apakah si wanita itu cemburu? Tentu jawabannya tidak! Ya, gengsi dong! Bagaimana, sih? Wanita yang pencemburu ini, jangankan pria yang dicintainya itu mengobrol dengan wanita lain, menyebut namanya saja, bisa mendidih darah cemburunya, akan langsung memadamkan keceriaannya dalam sekejab. Ini serius! Tidak asal tulis saja, lho. 

Kalau bicara hubungan, bicara cinta, kita tidak bisa menepiskan kepercayaan dan kesetiaan dari pasangan. Sungguh mustahil cinta abadi tanpa melewati keperacayaan dan kesetiaan. Lain halnya jika cinta itu tidak dilandasi dengan keikhlasan? Cinta butuh keikhlasan, bukan pengorbanan melulu. Ikhlas dalam cinta itu artinya merelakan orang yang dicintainya dalam bertindak sehari-hari, setelah mengingatkan dan menjaganya, selanjutnya turut pula mendoakan pria itu agar tidak tergoda oleh wanita lain. 

Nah, setelah ikhlas tadi maka kita lihat hasilnya, apakah orang yang dicintai itu bisa dipercaya atau tidak? Kesetiaannya bisa diuji tidak? Kalau tidak sesuai harapan, berarti terjawab sudah pria itu bukan pria yang baik. Dan itu kembali lagi pada wanitanya, masih memberikan kesempatan, atau dicampakkan jauh-jauh? Cinta sangat… dan harus diuji kesetiaannya. Kepercayaaan penuh kepada orang yang dicintai merupakan bagian dari menguji kesetiaan pasangan. 

Tidaklah bijak jika pria harus tunduk apa-apa saja yang diperintah wanita. Ini namanya wanita otoriter. Wanita mengingatkan tidak salah, memberi saran juga tidak keliru, tapi kalau sudah mengarah ke kekuasaan dalam pria, ini adalah kesalahan fatal di dunia wanita. Maka jangan heran, pria bosan, lalu meninggalkannya. Kebosanan yang mengkrangkeng dialami pria bisa saja terlepas, jika wanita tadi menerapkannya dalam hubungan. Bosan salah satu pemicu cinta kita kabur dari hati. Percaya atau tidak, silahkan! Namun inilah jawaban spontan dari pria. 

Bosan di bawah ketiak wanita, bosan diatur dengan segala kekuasaan wanita, dan bosan sudah dimonopoli hidupnya. Lagi-lagi jangan salahkan pria jika meninggalkan tipe wanita seperti itu. Padahal sederhana sekali masalahnya, semua itu dilandasi cemburu yang berlebihan dan takut akan kehilangan sosok yang dicintai. Namun yang terjadi malah sebaliknya, mencari cinta yang lain dan pergi meninggalkan. 

Salahkan pria seperti itu? Tergantung dari genre siapa menjawab! Kalau kaum wanita yang menjawab jelas salah, dong! Kita harus ingat, sesama wanita itu sangat kompak, apalagi senasib dan sepenanggungan. Beghhh… pasti kaum Adam habis-habisan dijelek-jelekkan. Tidak perduli itu suami sendiri, ayah dari anak-anaknya. 

Ada baiknya wanita itu hanya mengimbangi hubungan, sebagai pelengkap dari kehidupan pria itu sendiri. Jangan semuanya dimonopoli dari kehidupan pria! [Asmara Dewo]

Info: Klick Berita di-update setiap Sabtu pagi

Posting Komentar untuk "Wanita yang Otoriter dan Suka Memonopoli"