Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Fenomena Berkata Kotor di Media Sosial, Cerminan Diri di Kehidupan Nyata

Media sosial sudah menjadi hakim kedua setelah hakim di meja hijau, bagaimana tidak jika media sosial kini sangat berpengaruh di hidupan sosial dan kenegaraan. Dari media sosial ini pula, tak jarang ucapan-ucapan tak pantas keluar dari mulut pemilik akun yang dituliskannya pada kolom komentar. Mulai dari nama-nama hewan, maaf, sampai alat kelamin pun jadi bahasa sehari-hari ala netizen Indonesia yang berperangai buruk. 

Ada apa ini? Kenapa bisa begitu? Bagi pengguna media sosial yang remaja, tidakkah pernah diajarkan orangtuanya bertutur kata baik sejak kecil? Sungguh, orangtua akan sedih sekali jika melihat anaknya berbicara kotor, meskipun itu hanya melalui komentar. Jika yang sudah berkeluarga, sungguh tega sekali berucap kotor, tidakkah sadar jika anaknya membaca komentar ayah atau ibunya berkata seperti itu? Apa memang itu yang mau diajarkan pada anak-anaknya?

Ilustrasi marah di media sosial | Foto Shutterstock
Miris sekali melihat fenomena di dunia maya ini, khususnya di media sosial. Sudah tidak ada lagi budaya sopan santun, sudah tidak ada lagi tata karma yang diajarkan nenek moyang kita. Budaya timur sudah lenyap. Berlagak sok gaya ke barat-baratan, dengan sesuka hati berbicara kotor. Menganut paham sok bebas, padahal tidak tahu sama sekali mana yang layak diucapkan, mana yang tak layak diucapkan. 

Ngeri… ngeri… zaman sekarang. Kacau sudah akhlak kita karena tidak cerdas memanfaatkan media sosial. Kalau mau diadukan ke pihak yang berwajib, bisa tersapu bersih orang-orang yang menghina di dunia maya seperti itu. Namun sepertinya pihak kepolisian akan terlalu sulit menangkap satu persatu dari jutaan pengguna media sosial di Indonesia yang tidak berakhlak tersebut. 

Terutama soal menghakimi orang ketika berbuat salah, seolah-olah dirinya paling suci, paling benar, tanpa perduli dosa sendiri bertumpuk-tumpuk sudah. Selain itu dengan mudahnya mengatakan ulama dengan bahasa yang tidak pantas, bicara sangat kotor, dan berisikan sumpah serapah seperti sampah sudah. 

Hei, kita menghina ulama sudah sejauh mana pengetahuan agama kita?
Hei, kita yang mengolok-olok ustadz, sudah sampai di mana kajian tentang keIslaman kita?
Hei, kita yang gemar menuduh yang bukan-bukan, dan suka sekali menghina pemimpin Islam, sudahkah mengamalkan kewajiban kita sendiri sebagi Muslim? Seperti sholat wajib, sholat sunah, berpuasa, membaca Al-Quran, berkumpul dengan orang-orang sholeh, menjadikan Masjid rumah pertama, dan sudahkah menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar?
Atau jangan-jangan tidak paham apa arti amar ma’ruf nahi mungkar?

Baca juga:
Cara Cerdas di Media Sosial untuk Mendidik Netizen Indonesia 
Waktu Adalah Mesin Pembunuh Waktu di Internet 

Seharusnya kita sadar diri, apa yang sudah kita lakukan terhadap agama sendiri? Bercermin, sudahkah kita menjadi seorang Muslim yang baik? Sesekali introfeksi itu sangat penting, agar sadar bahwa manusia dilumuri dengan dosa. Sebaiknya kita pelajari agama kita sendiri dengn baik dan benar, daripada langsung menghujat dengan ucapan yang tidak pantas. Muslim yang baik adalah Muslim yang bisa menjaga lisan, yang mampu menuturkan kata-kata kebaikan. 

Kita, di era internet ini sudah terlalu jauh menyimpang dan terbuai dengan dunia maya. Tanpa sadar, dan merasa bahwa apapun yang kita tulis di media sosial sangat berdampak pada diri sendiri, dan juga orang lain. Bayangkan sekali saja kita menulis komentar kata kotor, ada ribuan pembaca yang melihatnya. Jika kata kotor itu sudah menular lagi ke orang lain, maka semua bisa jadi menggunakan kata kotor. Ya, karena apapun yang negatif mudah sekali menyebar. 

Nah, coba bayangkan lagi jika kita berkomentar dengan baik, sejuk, mendamaikan, dan mencerahkan, orang-orang yang membaca pun secara tak langsung akan meniru kita. Bukankah itu sangat baik seperti? Itu adalah cara sederhana berbuat baik dalam kehidupan ini. Meskipun kita tidak begitu baik jadi manusia, paling tidak kita bisa memulainya dengan berbicara yang baik-baik. 

Perlu diketahui, saat kita membiasakan diri berkata yang baik-baik, perilaku kita sehari-hari pun ikut menjadi baik. Ayo, pilih mana, mau jadi manusia yang baik-baik atau jadi manusia kurang ajar? Manusia baik-baik saja ada yang memusuhi, apalagi jadi manusia kurang ajar, genap sudah dari segala penjuru mata angin yang membenci kita. 

Percayalah sungguh rugi kita memanfaatkan media sosial hanya untuk melampiaskan kata-kata kotor, tempat untuk mengumpat, atau juga jadi ajang mencari permusuhan. Padahal pengguna media sosial lain semakin berkah hidupnya karena selalu berbuat baik di media sosial.

Apalagi bagi yang cerdas memanfaatkan media sosial untuk mengais rezeki, semakin bertambah-tamah rezekinya. Tapi si pengguna media sosial yang kerap berkata sumpah serapah, suram dinding Facebook-nya. Biasanya akun pemilik media sosial itu cerminannya sehari-hari. 

Sulit memang kalau sudah terbiasa berkata kotor, namun bukan tidak bisa berubah. Pasti bisa. Bagi Anda yang tidak mau tertular dengan budaya kotor di media sosial, mungkin lebih baik memblokir orang-orang yang berkata kotor seperti itu. Ini virus di dunia maya, karena itulah langsung pagari akun Anda dari orang-orang bermulut sampah. Demi kenyamanan, kentraman, dan bersuka ria di media sosial. [Klickberita.com/Asmara Dewo]

Info: Klick Berita di-update setiap Sabtu pagi, nantikan artikel terbaik kami di pekan depan

Mau cari jilbab cantik, murah, dan berkualitas? Jadi reseler jilbab pun tersedia sebagai mitra bisnis. Cek di sini: Padusi Hijab

Tonton juga video terbaru asmarainjogja:

Posting Komentar untuk "Fenomena Berkata Kotor di Media Sosial, Cerminan Diri di Kehidupan Nyata"