Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Komunitas Kaum Proletar Ini Ingin Menjadi Wadah Keresahan Masyarakat Bangka Selatan

Klickberita.com-Sebagian orang pasti masih banyak yang hidupnya hanya tidur, makan dan shopping. Dan hal ini terjadi apabila kamu terlahir dari orang tua yang kaya. Namun, apakah anak orang kaya ini masih memikirkan nasib orang-orang di luar sana, yang mungkin saja nasibnya masih kurang beruntung. Masih jauh dari kata hidup sempurna dan memiliki fasilitas yang mewah.

Tak sedikit pula orang-orang miskin untuk makan esok hari harus dipikirkan hari ini pula. Begitulah dinamika kehidupan ini. Bahkan kalau kita berkaca pada Negara Indonesia ini, masih banyak sekali ketimpangan sosial ekonomi. Yang kaya makin kaya yang miskin semakin miskin. Sehingga melahirkan negara berkembang, terus kapan negara maritim ini menjadi maju? Lalu, untuk apa makna sila kelima “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia?

Terkadang saya berpikir, ini salahnya dimana? Apakah salah sistem negara atau mungkin salah orang-orang yang mengelola negara? Padahal kalau kita lihat negara tercinta kita ini sangat kaya akan sumber daya alam. Tapi kaya juga akan koruptornya. Andai saja tidak ada koruptor di negara ini, mungkin rakyat Indonesia hidup tidak dalam garis kemiskinan.

Ilustrasi kelas pekerja
Ilustrasi kelas pekerja | Museums Victoria on Unsplash

Menarik untuk kita simak keadaan ini. Ketika orang kaya hidup dengan glamor dan tidak sedikit pula yang apatis. Ditambah lagi dengan fenomena pejabat negara yang sudah diberikan gaji yang tinggi dan  keadaan ekonomi yang mapan, tapi ketika menjabat malah korupsi, sungguh rakus lebih rakus daripada tikus.

Para koruptor inilah yang melahirkan kemiskinan-kemiskinan baru. Bagaimana tidak? Anggaran yang seharusnya diperuntukkan bagi publik guna kesejahteraan rakyat malah dinikmati sendiri. Mungkin ini pula yang membuat rakyat enggan ikut berpartisipasi dalam pemilu. Karena rata-rata sudah muak dan tidak percaya lagi dengan politikus yang menjabat.

Dari ketidaksejahteraan inilah yang melahirkan suatu kaum proletar dalam sebuah negara. Ujung-ujungnya kaum proletar ini lahir karena korban dari para penguasa negara yang sangat rakus. Namun, apakah kalian tahu apa itu proletar?

Mengutip dari wikipedia, istilah proletar dalam ilmu sosiologi sebenarnya bukan barang baru lagi saat Karl Marx pertama kali merujuknya sebagai salah satu kelas proletar. Kelas ini sebenarnya sudah banyak muncul sebagai sebuah rujukan kelas dengan nama-nama yang berbeda.

Dalam artian Karl Marx, proletar adalah masyarakat kelas kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya. Banyak stereotip yang memandang bahwa proletar hanya terbatas sebagai masyarakat kelas rendah. Pekerjaan mereka tak lepas dari buruh, petani, nelayan atau orang-orang yang berkutat dengan pekerjaan tangan.

Nah, dari pernyataan tersebut sudah jelas bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia adalah kaum proletariat. Yang mana untuk bertahan hidup mereka mengeluarkan tenaganya untuk bekerja seperti buruh tani. Namun, tak sedikit pula yang menghargai tenaga kaum proletariat ini dengan upah yang murah.

Mengenalkan literasi sejak dini
Mengenalkan literasi sejak dini | Dok. Angin

Singkat cerita, Kali ini saya sedang menyelesaikan tugas akhir kuliah yakni skripsi. Saya sendiri mahasiswa dari salah satu kampus swasta di Yogyakarta. Dalam penelitian skripsi saya mengambil studi kasus di salah satu instansi pemerintahan di Kabupaten Bangka Selatan. Saya menetap dan tinggal di Bangka Selatan tepatnya di Toboali.

Di sana saya banyak mendapatkan teman-teman baru. Bukan hanya teman yang saya dapat, namun juga pengalaman yang sangat berharga saya bisa tinggal di sini. Juga kuliner dan tempat wisata yang sangat epik menurut saya.

Hal yang sangat membuat salut yaitu di sini saya menemukan suatu komunitas yang sangat patut untuk diapresiasi. Di tengah-tengah perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang membuat sebagian generasi-Z terlena akan dunia maya, game dan gaya hidup hedonis. Namun di sini saya menemukan sahabat seperjuangan.

Kaum Proletar, suatu komunitas yang bergerak dalam penyadaran masyarakat akan pentingnya membaca dan diskusi. Juga membahas isu-isu permasalahan sosial di tengah  masyarakat. Sadar akan patologi birokrasi serta permasalahan negara yang dirasa saat ini kondisi negara sedang tidak baik-baik saja. Penasaran tentang Kaum Proletar ini, saya pun bertanya kepada salah satu  inisiator pendiri komunitas tersebut.

Lapak baca Komunitas Kaum Proletar
Lapak baca Komunitas Kaum Proletar | Dok. Angin

“Siapakah inisiator pembentukan kaum proletar dan apa filosofinya, asannya sehingga terbentuk nama komunitas tersebut?”

“Aku mengenal kawan-kawan yang ada di Kaum Proletar itu dari adikku tetapi kalo inisiator atau yang mempelopori pembentukan kaum proletar itu aku. Dan untuk filosofinnya sehingga terbentuk nama Kaum Proletar melihat keadaan pemuda-pemudi yang kurang atau bisa dibilang tidak adanya kesadaran akan penindasan yang dialami oleh rakyat, khususnya rakyat Bangka Selatan yang kita ketahui sistem kapitalisme sudah semakin kuat dan tumbuh subur disetiap aspek kehidupan,” terang Esa, nama pemuda tersebut.

Kaum proletar itu diambil dari salah satu tokoh yaitu Karl Marx yang berarti kaum tertindas, lebih tepatnya kaum buruh. Sebenarnya kalau melihat keadaan di Bangka Selatan nama kaum proletar kurang tepat karena buruh itu belum banyak di Bangka Selatan mungkin nama yang lebih tepat untuk menggambarkan keadaan yang ada di Bangka Selatan yaitu kaum Marhaen atau Marhaenisme, tetapi sampai sekarang kawan-kawan sudah mantap dengan nama tersebut. Ya, intinya keberpihakan kita pada rakyat tertindas.” ujar Esa lagi.

“Apa saja kegiatan teman-teman dari kaum proletar ini?”

“Kegiatan kaum proletar ini dalam seminggu 5 hari selalu ada kegiatan. Rabu itu kita ada presentasi buku, Kamis kita ada yasinan, Jumat kita melakukan presentasi buku atau diskusi SITNAS, sabtu kita melakukan kembali lapak baca proletar. Senin dan Selasa kita rehat,jawab Esa.

“Apakah harapan untuk Kaum Proletar ini?”

“Semoga kedepannya Kaum proletar menjadi wadah keluh kesah rakyat tertindas dan menjadi penyambung lidah rakyat, terkhususnya rakyat Bangka. Menjadi satu pergerakan yang itu berpihak pada rakyat,kata Esa berharap pada komunitas tersebut.

Anak-anak Toboali sangat antusias dengan kegiatan Kaum Proletar
Anak-anak Toboali sangat antusias dengan kegiatan Kaum Proletar | Dok. Angin

Dari rangkaian wawancara yang saya lakukan kepada Esa, sungguh sangat menarik atas jawaban yang diberikan. Karena kegiatan yang dilakukan sangat positif dan banyak manfaatnya. Dan saya pribadi juga sering mengikuti agenda Kaum Proletar tersebut.

Salah satu kegiatannya yang saya rasa patut di apresisi yakni lapak baca, yang mana teman-teman komunitas tersebut membentangkan alas dan diletakkannya buku secara tersusun dan rapi, tentunya para pengunjung terbuka untuk umum mulai dari anak-anak sampai orang dewasa dapat membaca secara gratis.

Saya berharap komunitas ini melahirkan suatu regenerasi pemuda yang produktif dan aktif, serta idealis berdinamika dan melihat lebih dalam lagi tentang persoalan-persoalan akar rumput di masyarakat. Serta dapat melahirkan benih-benih perjuangan yang pro kepada rakyat yang tertindas.

Untuk sekedar informasi, saat ini Komunitas Kaum Proletar memiliki akun Instagram, dengan nama @kaum.proletar. Kamu bisa follow untuk mengikuti perkembangan komunitas tersebut dari hari ke hari.

Penulis: Angin, Pendiri Komunitas Menulis Bintang Inspirasi 

Artikel ini telah tayang di www.asmarainjogja.id dengan judul Komunitas Kaum Proletar Sang Penyambung Lidah Rakyat Bangka Selatan

Posting Komentar untuk "Komunitas Kaum Proletar Ini Ingin Menjadi Wadah Keresahan Masyarakat Bangka Selatan"