Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

25 Filsafat Batak yang Mengajarkan Cinta Sejati

Filsafat salah satu pedoman hidup yang dipegang teguh bagi suatu kaum. Melalui filsafat itu pula suku bangsa di Indonesia mengajarkan kebajikan ke setiap generasinya. Sayangnya di zaman modern ini terkadang petuah-petuah nenek moyang tak digubris lagi. Bahkan dengan enteng menjawab sudah ketinggalan zaman.


Padahal jika dipahami lebih dalam lagi filsafat turun temurun itu sangat berarti sampai kapanpun. Jika tidak bertentangan dengan agama, kenapa tidak menerapkannya? Nah, untuk itulah hadirnya filsafat Batak ini agar muda-mudi bangsa kita, khususnya orang Batak sendiri, bisa bisa belajar melalui petuah yang bijak ini.

Ilustrasi pernikahan Batak Toba | Foto sourch weddingku.com

Filsafat Pangaririton adalah cara bagaimana orang Batak memilih pasangan hidupnya. Mungkin suku bangsa lainnya di tanah air ini cukup bingung, kenapa orang Batak lama menikahnya. Bahkan pengantin pria di saat pernikahannya usianya bisa sampai 35 tahun. Jika suku lain anaknya sudah menjelang remaja, pria batak baru naik pelaminan.


Di keluarga Batak hal ini tidak mengejutkan lagi, karena mereka sadar menikah bukan hanya asal suka, tapi jauh dari itu. Tapi yang jelas adalah menikah adalah keharusan yang ditunaikan bagi setiap insan Batak. Jika tidak menikah sama artinya tidak tunduk atas filsafat Batak itu sendiri.



Nah, berikut 25 pesan dari Filsafat cinta Batak Toba untuk mencari teman hidupnya yang dikutip dari Buku Filsafat Batak karya L.M Sihombing:


1. Magodang anak pangolihononhon, magodang  boru pamulian
Artinya: Anak-anak itu jika sudah dewasa wajib dinikahkan.


2. Margambongkon na so gambang, marrimbangkon na so rimbang; Maramahon na so ama.
Artinya: Sampai hatikah ayah ibu menyuruh saya berbapakkan yang bukan bapak saya dan beribukan yang bukan ibu saya.


3. Andorang las ari pinanjomurlah.
Artinya: selagi matahari masih bersinar berjemurlah.
Maksudnya: mengenai gadis-gadis, selagi masih muda dan cantik menikahlah


4. Nilangka tu jolo, sinarihon tu pudi
Artinya: Melangkahlah ke depan, perhatikan juga hari kemudian


5. Tinaba hau toras bahen sopo di balian; Na burju marnatoras ingkon dapotan parsaulian
Artinya: orang yang mengasihi orangtuanya dan selalu melayani mereka sebaik-baiknya, akan mendapat segala yang indah-indah.


6. Unang buat bulung ni salak, saleleng adong bulung singkoru; Unang bereng anak ni halak, saleleng adong anak ni namboru
Artinya: Jangan perhatikan pemuda lain, selagi ada putra saudara perempuan bapakmu.
Bisanya orang Batak suka dan mengharapkan  anak perempuannya menikah dengan anak lelaki saudara perempuannya, dan putranya menikah dengan putri saudara lelaki istrinya



7. Unang suan hau jarak di lambung bona ni dulang; Unang bereng boru ni halak seleleng adong boru ni tulang
Artinya: Jangan lihat-lihat gadis orang, selagi masih ada putri saudara lelaki ibumu.


8. Hatop adong pinareakna; Lambat adong pinaimana
Artinya: Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang dinantikan.


9. Tampuk ni dambirbir do i na so boi tu panggonggonan; Parjahajaha di bibir do i, parpustahta di tolonan
Artinya: dia itu hanyalah pembaca-baca di bibir, dan pemilik pustaka di kerongkongan
Maksudnya: Katanya yang indah itu hanya di bibir saja dan bukan cetusan hati murni. Dan ilmu yang dianggarkannya hanya karangan-karangan belaka.


10. Agatna do agat dairi, imbalona imbalo pege; Hatano do mapultak gambiri, patna so malo hehe
Artinya: Kata-katanya membuat pecah kemiri tetapi kakinya tidak bisa membuatnya bergerak
Maksudnya: Mulutnya besar (dalam arti kiasan), tetapi tidak berani bertindak.


11. Ingkon songon poting, lam marisi lam so marsoara
Artinya: harus seperti perian (tabung bambu tempat air), makin berisi makin tidak bersuara
Maksudnya: Manusia itu makin berilmu makin sedikit bicara.


12. Tubo ni juhut sahat tu mudar; Tabo ni hata olat ni bulung ni pinggol
Artinya: enaknya daging (gulai) meresap sampai ke dalam darah, tetapi enaknya kata-kata hanya sampai ke daun teling saja.
Maksudnya: Kata-kata yang kedengaran enak biasanya tidak berharga dan  acap kali menipu.
Mungkin ini juga penyebabnya orang Batak kalau bicara suka terus terang, to the point, bernada keras, tidak perduli orang lain tersinggung, yang penting niatnya baik.


13. Na so pola ngalian nang so niulosan; Na so ada anian na so ada tudosan
Artinya: Yang tidak merasa dingin walau tidak berselimut; tampan tidak ada bandingannya dari kaki sampai sungut.


14. Agia pe pagopago asal ma pagopago tarugi; Agia pe magomago asal marsidoli na uli
Artinya: Biar melarat asal punya pacar ganteng


15. Rupa ndang tarpangan, pangalaho do na tarpangan
Artinya: rupa tak dapat dimakan, tetap kelakuan dapat dimakan.
Maksudnya: Rupa yang cantik tak dapat memberikan kita kebahagiaan yang kekal, tetapi kelakuan dan perangai yang baik akan membuat rumah tangga tetap bahagia. Karena sanggup memberi setiap hari pupuk yang dibutuhkan keabadian dari kebahagiaan itu. Kesanggupan mana tidak dimiliki oleh rupa cantik yang selain itu juga bersifat lekas layu dan membosankan.
loading...



16. Sala ma uli sala ma denggan songon sanggar robean
Artinya: Seperti pimping yang tumbuh di lereng bukit, salah karena kecantikannya
Pimping merupakan gelagah yang batangnya tidak berongga. Sering digunakan untuk membuat sangkar burung. Jadi kalau ada pimping yang tumbuh di lereng bukit begitu cantik, orang-orang akan berebutan mengambil pimping itu. Dan akhirnya pimpung tersebut berpatahan dan rusak.


17. Pilipili soban, unang mapiluhu so tung gabe so dapotan
Artinya: Seperti memilih-milih kayu bakar, karena terlalu memilih akhirnya tak memperolehnya
Dikatakan pada gadis-gadis yang terlalu memilih jodohnya.


18. Maos di pangalmisan  songon bira na sabotohon
Artinya: Seperti keladi gatal, banyak mencoba memakannya, tapi tak pernah jadi menelannya
Maksudnya: Silih berganti ‘pangaririt’ datang meminang, tetapi tak pernah tercapai persetujuan, akhirnya si gadis tinggal perawan abadi.


19. Pangairit pe baoa, pangairitan dope boruboru
Artinya: walaupun lelaki itulah pencari jodohnya, namun gadis itu lebih pencari jodoh lagi
Maksudnya: Ada 2 tujuan filsafat ini, pertama: menasihati si jejaka agar ia tetap waspada dan selalu mengingat bahwa gadis itu turut pula menilai jejaka itu. Tujuan kedua, menasihati gadis-gadis agar mereka itu juga berdaya upaya memeriksa dari segala sudut lahiriah dan bathaniah ‘nilai’ jejaka itu, supaya jika menikah tidak ada penyesalan.


20. Pidong tinanda sian imbulunya, Jolma sian bibirna
Artinya: Burung dikenal dari bulunya, manusia dari bibirnya


21. Atikna sai naeng mardengke do hamu soada burung, Sae naeng mangompa soada tanggurung.
Artinya: mungkin saudara ingin menangkap ikan tetapi tidak mempunyai penangguk, dan selalu ingin menggendong tapi tak punya punggung.


22. Jolo tinaha garungniba, jolo niantan sulangatniba
Artinya: harus lebih dahulu disukat isi perian kita dan ditimbang berat alat penangkap ikan kita.


23. Sai adong do hulingkuling dongan ni holiholi; Sai adong do na so muli rongkap ni na so mangoli
Artinya: Selalu ada gadis-gadis yang belum kawin untuk jodoh pemuda-pemuda yang belum beristri


24. Pilipili tobu, tarpilit na ruangon
Artinya: Seperti memilih-milih tebu, terpilih yang berlobang


25. Tung piso sian ginjang sangkalan sian toru, ingkong on do siodapanku
Artinya: walaupun saya diancam dengan pisau dari atas serta landasan dari bawah, saya tidak akan mundur sampai dia itu menjadi teman hidupku. [Asmara Dewo]


Baca juga:

Posting Komentar untuk "25 Filsafat Batak yang Mengajarkan Cinta Sejati"