Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Begini Kelakuan Traveler Ndeso yang Memalukan

Klickberita.com – Sudah weekend saja, nih, guys, tentunya kamu sudah punya planning, bukan? Seorang traveler itu memang tidak akan menyia-nyiakan hari libur. Baginya, makin banyak tanggal merah, makin bagus. Sorak-sorak bergembira, deh.


Baiklah saya akan sedikit bercerita pada teman-teman traveler di sini, apa yang saya sampaikan ini juga merupakan gundah gulana saya sebagai traveler. Ingin sekali berteriak, “Woy, jangan begitu dong!” atau juga, “Dasar traveler Ndeso, lu!” karena melihat traveler yang sikapnya memalukan.


Kamu mungkin pernah melihat objek wisata itu banyak coretannya, bukan? Nama-nama tidak jelas, geng-geng tidak jelas, dan pesan-pesan sok eksis seperti ini: Ijo Lumut Manis Banget sudah ke sini, 21 Agustus 2016. Lha, ini apa pentingnya coba? Orang lain tidak akan perduli apakah mereka sudah pernah ke wisata itu atau belum.

Ilustrasi Traveler Ndeso | Istockphoto
Andai traveler sejati itu sikapnya seperti traveler norak, traveler udik, traveler ndeso seperti itu ada ribuan wisata namanya terpahat di sana. Namun baginya adalah perjalanan dari satu wisata ke wisata lainnya diabadikan dalam kesannya seumur hidup, seperti menuliskan perjalanannya. Dan mematangkan lagi cara berpikir dan bertindak si traveler tersebut.


Bukankah kita juga memahaminya, banyak-banyak melangkah, semakin banyak orang-orang dijumpai, dan manusia bisa belajar dari manusia lainnya. Nah, karena itulah traveler wawasannya sangat luas, sifatnya yang merangkul, bisa bergaul kepada siapa saja, dan diterima oleh siapa saja. Dan tak kalah pentingnya sikapnya yang baik bagi sesama manusia.


Bandingkan dengan traveler ndeso kita ini? Oh, iya, saya mohon maaf kalau pakai istilah ndeso. Bukan berarti traveler ndeso itu dari kampung. Bukan itu maksud saya, toh, saya juga berasal dari kampung. Maksud saya adalah sikap traveler yang suka merusak wisata, angkuh terhadap warga setempat, dan melakukan hal-hal tidak terpuji selama traveling.


Harus diingat, ketika kamu sudah ‘sah’ menjadi seorang traveler itu artinya kamu sudah menjadi masyarakat dunia. Kamu harus bisa menjunjung tinggi adat istiadat tempat wisata yang kamu singgahi. Tinggalkan dulu kebiasaan kamu di rumah, mulailah belajar memahami budaya di sana.


Intinya ialah sebagai seorang traveler kamu harus ‘menjelma’ menjadi warga itu sendiri. Bersahabat baik meskipun hanya sesaat, mengobrol hangat meskipun singkat, tersenyum dan tertawalah pada mereka, galilah ilmu kepada siapa saja yang kamu temukan. Dengan begitu kamu akan terus merasa haus akan pengetahuan, dan ingin terus menjelajahi hal-hal baru di planet ini.


Kembali lagi ke traveler ndeso. Mungkin kamu juga pernah melihat traveler yang suka membuang sampah sembarangan di objek wisata, kan? Kalau bukan traveler ndeso,  lantas apa namanya coba? Dia berpikir bahwa ketika masuk ke wisata dia bos besar yang sesuka hatinya bertindak. Bisa jadi pikirannya begini: “Saya saja masuk ke sini mahal, ya, suka-suka saya dong!” Kan ndeso banget, tuh? Gileee banget.


Kalau hidup sesuka-sukanya saja, ya, jangan hidup! Hidup itu ada aturan mainnya. Tidak boleh begini! Tidak boleh begitu! Berwisata ke seluruh dunia juga begitu, kan, guys? Hal yang dasar sekali adalah Jangan Membuang Sampah di Sembarangan Tempat. Dan itu tulisannya besar sekali, jelas sekali membacanya. Tapi seberapa banyak traveler yang mematuhinya?


Tipe traveler ndeso seperti ini juga tidak punya perasaan. Bukan playboy atau playgirl saja yang tidak punya perasaan, lho, ya, tapi traveler ndeso. Buang sampah sembarangan itu mempersulit petugas kebersihan. Coret-coret objek wisata itu juga menyusahkan petugas dan pihak pengelola. Boleh jadi karena membuang kulit pisang sembarangan, ada orang  yang terpleset karena memijaknya. Terus terkilir, deh, kakinya. Kan tidak punya perasaan kalau begitu?



Selain itu traveler ndeso juga tidak perduli sesama traveler lainnya. Misalnya ada 1 spot foto yang tidak ada petugasnya, kaum traveler ndeso tadi fotonya lama banget. Bisa-bisa sampai 30 menit. Bayangkan kalau traveler seperti itu ada 30 kelompok, itu artinya 900 menit spot itu dikuasoi oleh orang yang tipenya itu-itu saja. Lagi-lagi kalau ditegur, “Mbak, gantian dong! Udah panjang, nih, antrinya.” Biasanya dengan wajah cemberut membalas, “baru aja, kok, mas, fotonya. Sabar dulu, ya?!” Lha, malah si doi bilang sabar. Itu kan traveler ndeso namanya.


Kita tahu mungkin dia tidak ingin menyia-nyiakan travelingnya, makanya dia juga ingin berfoto sampai puas. Sampai puluhan pose malah. Tapi kan traveler lainnya juga tak ingin menyia-nyiakan travelingnya juga. Sama-samalah. Inilah seharusnya dipahami antar traveler. Saling berbagi keindahan wisata.


Aduh, kalau saya tuliskan lagi kelakuan-kelakuan traveler ndeso itu banyak sekali, deh. Hal-hal di atas yang umum sekali dilakukan mereka, dan masih banyak lagi kelakuan tidak terpuji lainnya. Oh, iya, satu lagi, nih, cobalah menghargai kuliner yang ada di objek wisata itu. Kalau menurut kita tidak enak, ya, cukup kita saja yang tahu. Tidak perlu ngomong ini-itu saat makan, bisik sana-sini.



Lidah setiap orang itu berbeda-beda, sama kita tidak enak, boleh jadi lidah warga di sekitar objek wisata malah enak. Mulailah memakan apa saja jadi enak, hitung-hitung mencicipi segala kuliner Indonesia saat traveling. Oke, begitu saja, pesan saya yang terpenting adalah jadilah traveler rahmatan lil alamin, yaitu traveler yang bisa membawa kebaikan terhadap apa dan siapa saja. Baik itu terhadap alamnya juga manusianya. [Asmara Dewo]


Baca juga artikel wisata di asmarainjogja.id:


Posting Komentar untuk "Begini Kelakuan Traveler Ndeso yang Memalukan"