Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Candi Kethek, Candi Tersembunyi di Lereng Gunung Lawu

Klickberita.com – Di Karanganyer, candi yang selama ini populer adalah Candi Cetho dan Candi Sukuh, namun siapa sangka ada satu candi yang unik, patut dikunjungi oleh para wisatawan. Ya, candi tersebut adalah Candi Kethek, alias Candi Monyet. Sebuah nama yang unik memang. 

Keunikan Candi yang bercorak Hindu ini tidak seperti pada umumnya yang dimiliki penganut Dewa Sywa tersebut. Apalagi letaknya yang jauh ke dalam di pemukiman warga, membuat candi ini sedikit mistis dan penuh tanda tanya. 

Candi Kethek alias Candi Monyet, Karanganyer, Jawa Tengah | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
Biasanya para pendaki yang akan menjejakkan kakinya ke Gunung Lawu dari jalur Dusun Cetho pasti melewati candi ini. Karena letaknya memang berada di jalur pendakian. Candi Kethek yang belum terlalu diekspos tersebut sebenarnya masih berada di satu kawasan dengan Candi Cetho, hanya saja jaraknya yang cukup jauh, membuat para wisatawan enggan menuju ke sana. Kira-kira apa, sih, yang unik dari candi tersebut?

Beberapa minggu yang lalu kami sempat berkunjung ke Candi Cetho, setelah dari Candi yang eksotis tersebut karena phallus-nya, kami ke Taman Puri Saraswati. Nah, dari taman yang sekaligus tempat ibadah umat Hindu itu kami menuju Candi Kethek, jaraknya sekitar 300 meter. 

Jalan menuju ke Candi Kethek | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
Jalan menuju ke Candi Kethek masih alami, ya, maklum saja karena jalan tersebut menuju pintu rimba hutan Gunung Lawu. Pepohonan tinggi memayungi kami sepanjang jalan, lembah di sebelah kiri bergemericikkan air sungai yang bersumber dari Gunung Lawu. 

Sebuah pagar pembatas yang dibuat dari bambu menjadi pegangan kami sepanjang perjalanan. Tapi tak begitu kokoh, terasa goyang-goyang saat dipegang. Rizka yang hobi sekali berfoto sempat berpose di sana, saya bilang, “Jangan terlalu bersandar di sana! Nanti guling-guling pula ke jurang.”. Ya, untuk mengambil foto di sini bisa dibilang cukup eksotis. Sayangnya kami bukan fotografer handal, apalagi model kelas menengah. Kami hanya gaya-gayaan saja.

Rizka sempat berpose di pagar bambu menuju Candi Kethek | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
Ketika di persimpangan jalur, arah Candi Monyet itu berada di jalur kiri, sedangkan ke kanan menuju air terjun yang juga sangat indah. Nah, sampai di sana, kami harus melompati bongkahan batu yang cukup besar, aliran sungai membelah jalan. Meski hati-hati, sebab batu itu cukup licin. Kalau tidak mau tergelincir jatuh, yang akhirnya dibawa ke jurang. 

Hupsss… Rizka melompat dengan hati-hati. Setelah melewati aliran sungai tersebut, jalan menanjak yang cukup menguras tenaga. Terutama Rizka yang napasnya sudah terengah-engah, entah lelah atau manja. Tapi yang jelas itu bagi saya menyusahkan. Sebab, semua beban saya yang pikul, dia hanya bermodalkan tubuh saja, sejak memasuki kawasan Candi Cetho.

Sebuah pos yang terbuat dari kayu tanpa penjaga menyambut kami, di sana tersedia buku tamu, dan kami turut pula mengisi buku tamu tersebut. Keberadaan Candi Kethek sangat menyenangkan, terutama bagi pengunjung yang senang dengan alam, karena candi ini ada di di belantara hutan. 

Pengunjung lainnya yang berada di sana senang duduk-duduk di sekitar candi, apalagi terhamparnya rumput hijau yang membuat betah siapa saja yang bermalas-malasan menikmati suasana hutan. Bentuk candi itu seperti piramida, hanya saja di bagian atapnya tidak runcing. Jika diperhatikan, karena posisi Candi Kethek tersebut menyatu dengan tanah yang berada di belakangnya, jadi pengunjung hanya bisa melihat kemegahan candi ini hanya dari depan, dan samping. 

Bantuk Candi Kethek punden berundak | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
 Bentuk candinya berupa punden berundak, yaitu tempat ibadah yang bertingkat-tingkat. Gaya bangunan ini merupakan warisan jaman megalitikum (pra sejarah). Sama halnya dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh. Punden berundak ini juga diadaptasi oleh Candi Budha, misalnya saja Candi Borobudur. 

Menaiki anak tangga ke puncak Candi Kethek | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
Nah, menuju ke atas candi, terdapat sebuah anak tangga. Tangga itu berukuran sempit, hanya untuk satu orang saja. Mengenai kapan dibangunnya, candi ini tidak meninggalkan bukti sejarah, namun penelitian mengatakan usia Candi Kethek, sama dengan Candi Cetho dan Candi Sukuh (abad XV-XVI masehi) di masa kerajaan Majapahit.

Pada bagian atap Candi Kethek dijadikan pula sebagai ritual sembahyang bagi umat Hindu | Foto Klick Berita, Asmara Dewo
Dan tepat berada di atap candi, ada bangunan kecil yang ditutup secarik kain kotak-kotak putih dan hitam. Terlihat pula dupa di depannya. Ini merupakan ritual sembahyangnya umat Hindu. Sepertinya juga ini bagian yang ditambah pada bangunan Candi Kethek. 

Mengenai namanya sendiri, ada yang menyebutkan dulu awal penemuan candi terdapat arca kera (monyet), maka disebutlah candi monyet. Ada juga yang mengatakan dahulunya saat ditemukan, di sekitar candi banyak ditemukan monyet. Entah sejarah mana yang betul, namun yang jelas Candi ini candi yang cukup eksotis nan unik yang wajib dikunjungi bagi kamu yang suka situs bersejarah. 

Candi Kethek berada di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupatn Karanganyer, Jawa tengah. Karena letaknya di kawasan Candi Cetho, pengunjung wajib membayar tiket sebesar Rp 7.000 per orang, dan harus pula menggenakan kain kampuh dengan biaya suka rela. Setelah itu pengunjung dikenakan biaya lagi saat memasuki area menuju Puri Taman Saraswati dan Candi Kethek sebesar Rp 3.000 per orang. [Asmara Dewo]

Baca juga:
Eloknya Puri Taman Saraswati di Kaki Gunung Lawu 


Bagi yang penasaran dengan Candi Cetho bisa baca di asmarainjogja:

Info: Klick Berita di-update setiap Sabtu pagi. Bagi yang meng-copypaste artikel kami wajib mencantumkan www.klickberita.com. Terimakasih

Lihat juga wisata baru di Mangunan, Watu Goyang 


1 komentar untuk "Candi Kethek, Candi Tersembunyi di Lereng Gunung Lawu "