Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Delapan Faktor Inilah Donal Trump Mengalahkan Hillary Clinton

Klickberita.com – Kemenangan Donal Trump menjadi Presiden Amerika Serikat mengejutkan berbagai pihak. Bahkan kemenangan Trump disambut ricuh oleh demo. 

Sejak kampanye berbagai lembaga survey menunjukkan bahwa Hillary Clinton akan mendapatkan suara lebih banyak, sehingga dialah yang menuju ke Gedung Putih. Namun faktanya Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45.

Donal Trump | Foto AP
Kemenangan Trump menjadi sorotan serius bagi dunia. Faktor apa yang menyebabkan Trump bisa mengalahkan Hillary Clinton? Liputan6.com menuliskan faktor kemenangan Trump yang dikutip dari Listverse.com

1. Trump Cerdas Memanfaatkan Media 

Pada Agustus 2015, Listverse menuliskan artikel berjudul “10 Reasons Donald Trump May Be A Political Genius”. Artikel tersebut ditulis dengan sangat akurat, namun kebanyakan orang mementahkan laporan tersebut. 

Dari sekian banyak alasan kemenangan Trump yang ditulis pada artikel tersebut, yang paling menonjol adalah kelihaian Trump memanfaatkan media. Mengingat ia adalah seorang berlatarbelakang di dunia pertelevisian dan hiburan.

Ia tahu persis harus menyampaikan apa yang membuat penonton jengkel. Dan secara naluriah dan ia juga tahu cara menarik perhatian mereka. Setiap kali lawan politiknya mendominasi pemberitaan, ia akan melemparkan granat retoris, membuat kamera kembali mengarah padanya.

Trump memahaami dengan baik pepatah lama, “bahwa tak ada publisitas yang buruk”. Dia tahu bahwa pengamat muncul di tv mengecam kebijakannya, namun para penonton akan setia mendengar retorika-retorikanya. 

Memang faktanya, saat ini kebanyakan orang lebih mudah mengingat bahkan menjelaskan kebijakan Trump dibading Hillary. Nyaris semua media menginginkan Trump ‘jatuh’, namun tanpa mereka sadari mereka telah membentuk Trump menjadi orang paling berkuasa di bumi.

2. Kejutan dari FBI

Berbagai jajak pendapat memenangkan Hillary Clinton dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan pada pertengahan Oktober ia memimpin 12 poin di atas Trump. Jika diadakan pemilu pada saat itu juga bukan tidak mungkin Clinton akan dinobatka menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45. 

Namun kondisi berubah ketika Direktur FBI, James Comey mengirimkan surat kepada Kongres pada 28 Oktober. Ia mengatakan akan membuka kembali investigasi terkait skandal email Hillary Clinton. Dan mendadak menjadi ‘bom’ meledak.    

Dukungan terhadap Hillary menurun, meskipun Comey menegaskan, pihaknya akan membersihkan nama Hillary dari skandal kasus email tersebut, namun hal itu tidak banyak membantu. Ketika pemungutan suara dimulai bahkan namanya lekat dengan criminal.

3. Terlena Hasil Survei

Sejak pertengahan Juli 2016, hampir seluruh jajak pendapat memenangkan kubu Hillary Clinton. Bahkan ada prediksi demokrat akan merebut kembali dominasi di DPR dan Senat. Hal ini disebut-sebut Demokrat berada di atas angin.

Hillary bahkan dikabarkan melewati kampanyenya di negara-negara ‘Blue State’—negara pendukung demokrat. Dia tak menghabiskan banyak waktu untuk berjuang di negara-negara kunci dan swing state serta menganggap semua wilayah itu ‘dikantonginya’.

4. Haus Perubahan

Sejak akhir perang dunia ke-II, hanya ada satu contoh di mana satu partai berhasil menguasai Gedung Putih selama tiga periode. Kejadian terjadi pada masa Presiden Ronald Reagen, seorang Republikan, yang menjabat dua periode, kemudian digantikan oleh George H.W Bush yang juga Republikan.

Ini menjelaskan kondisi Hillary yang cukup sulit mengingat Demokrat melalui Barrack Obama sudah menghuni gedung putih selama 8 tahun terakhir. Pemilih saat ini menginginkan perubahan. 

Pemerintahan Obama memang mencatat sejumlah kemajuan signifikan, salah satunya pengangguran yang dibawah 5 persen. Namun hal-hal baik bisa menjadi buruk. 

Simak saja bagaimana krisis perekonomian Melanda AS pada 2008, memicu perasaan muak kepada pemerintah dan kalangan elite. 

Obama dinilai gagal membawa harapan dan perubahan yang menjadi slogannya pada musim kampanye. 

5. Kemarahan Warga Kulit Putih

Trump menang setelah berhasil mengamankan suatu warga kulit putih dalam setiap demografis kecuali perempuan berpendidikan tinggi. Ia berhasil mendapatkan dukungan tersebut dengan memanfaatkan kecemasan mereka.

Hari-hari di mana Amerika dikenal sebagai warga kulit putih telah berakhir. Pada sekitar tahun 2040  Amerika diprediksi menjadi negara mayoritas-minoritas. 

Kabar ini menyebar dengan sangat tepat, yaitu ketika negara Paman Sam dipimpin oleh seorang presiden berkulit hitam. Media secara konsisten menggambarkan orang kulit putih secara istimewa. 
Dan Trump satu-satunya yang dianggap peduli atas kekhawatiran ini. 

6. Isu Terorisme, Menangkap Kekhawatiran Masyarakat

Menurut Gallup, isu terorisme adalah alasan utama kemenangan Trump. Ini bukan soal imigrasi atau ekonomi. 

Dan terorisme di sini dikaitkan dengan Islam. Dan ketika Trump melempar wacana larangan masuk bagi warga Muslim, itu seolah menjadi solusi untuk masyarakat Amerika.

Sama halnya ketika ia bicara soal ISIS, China, kejahatan dan imigrasi. Dalam setiap kasus, Trump menawarkan kebijakan sederhana, namun ‘merespon’ secara nyata kekhawatiran masyarakat. 

7. Rakyat AS Marah pada Golongan Elite

Rakyat AS marah. Mereka marah kepada kalangan elite yang memicu krisis, sementara golongan itu tidak terkena dampaknya. Mereka marah kepada Kongres yang tidak bisa meloloskan UU yang dapat menyejahterakan warganya.

Mereka marah pada media yang menggambarkan mereka sebagai orang udik, kelas pekerja, dan rasisme. Namun kebanyakan dari mereka marah dengan sedikitnya kesempatan lapangan kerja yang tersedia.

8. Hillary Bukan Tandikan Trump

Hillary adalah kandidat dari Demokrat yang terlemah yang pernah dinominasikan sebagai kandidat presiden. Dia memiliki beban historis dari sang suami, Bill Clinton, skandal email, skandal penyerangan Konsulat AS di Benghazi, skandal korupsi, serta popularitas yang rendah.

Mantan ibu negara itu dianggap merupakan klan Clinton lain yang akan menjalankan pemerintahan tak jauh berbeda dengan era sang suami. Ini semakin memperburuk mengingat rakyat AS merasa sudah cukup melalui delapan tahun Bush di mana mereka menyebutnya ide yang mengerikan. 

Seharusnya jika Demokrat ingin mengajukan calon maka Joe Biden dinilai merupakan sosok yang tepat. Namun jika mereka ingin ‘orang luar’ maka Bernie Sander adalah jawabannya. [Asmara Dewo]

Info: Klickberita.com di-update setiap Sabtu pagi
.



Posting Komentar untuk "Delapan Faktor Inilah Donal Trump Mengalahkan Hillary Clinton"