Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menemukan Bintang Inspirasi

Dalam kehidupan sehari-hari kita tentunya tulisan menjadi bagian terpenting. Pada era sebelum berita digital, kakek kita membaca koran di beranda rumah ditemani secangkir kopi panas. Ritual itu dilakukan setiap pagi sebelum melakukan aktivitas berat. Baginya informasi dalam berita tersebut sangat penting untuk mengetahui kondisi bangsanya. Entah itu berita politik, ekonomi, sosial, agama, ataupun berita lain yang dianggapnya penting.

Mungkin sebagian di antara kita pula pada saat anak-anak membaca buku dongeng sebelum tidur. Dongeng seperti pengantar tidur sebelum terbuai ke alam mimpi. Tak jarang pula kisah-kisah pada dongeng itu menjadi inspirasi kelak saat dewasa. Dongeng dan anak-anak sangat berkaitan. Tanpa anak-anak, siapa pula yang ingin membaca dongeng? Begitu juga sebaliknya, tanpa dongeng pertumbuhan otak anak kurang maksimal. Karena dongeng itu mampu mengaktifkan imajinasi si anak.

Menemukan Bintang Inspirasi
Di kalangan remaja, novel menjadi salah satu karya tulis yang sangat digemari. Di toko-toko buku, novel kerap pula menjadi penjualan salah satu karya yang best seller. Misalnya saja setiap Tereliye melahirkan karya baru, tidak mengejutkan lagi novelnya dicetak ulang alias best seller. Artinya sebagian pembaca novel Indonesia sudah ketagihan dengan karya-karya Tereliye. Keuntungan dari novelis selain terkenal, bisa memengaruhi, juga mendapatkan penghasilan dari royalti novel tersebut.

Pada sektor perdagangan, pemasaran produk melalui iklan dikemas dengan sangat apik. Sayangnya kita sendiri tidak tahu apa yang telah dibaca ternyata disisipi iklan. Memang iklan yang disisipkan itu tidak terang-terangan “memerintah” calon pembeli untuk menggunakan produknya, tapi nama merek produk itu memasuki memori otak kita. Contoh seperti ini bisa dibaca pada artikel-artikel yang menyebutkan atau memuji-muji sebuah merek.

Tulisan juga bisa mengubah keadaan dan mengintervensi kebijakan. Tahu situs www.change.org? Situs ini adalah kumpulan petisi yang ditulis dalam pengadvokasian kasus-kasus tertentu untuk mencari dukungan dari seluruh masyarakat agar pihak yang dituju bisa mengabulkan permohonan petisi tersebut. Sudah cukup banyak petisi-petisi yang dimenangkan dalam petisi di www.change.org.

Sebagai mahasiswa, tugas menulis karya ilmiah menjadi bagian yang menjengkelkan. Tentu saja bagi mahasiswa yang tidak gemar menulis, tapi bagi mahasiswa yang gemar menulis menganggap tugas itu adalah sebuah kewajiban. Kewajiban menulis memang menjadi doktrin bagi penulis. Artinya jika dia tidak menulis ada dosa-dosa yang telah dilakukannya. Tampaknya memang berlebihan, namun begitulah hakikat menulis yang sebenarnya. Tentu kita sepakat dengan tujuan menulis, yaitu untuk perubahan.

Bila mengenang masa lalu, mungkin dari kita pernah mendapatkan surat cinta. Ya, surat cinta, yang saat dibaca membuat jantung berdebar hebat. Tersenyum dan tersipu malu terbuai akan kata-kata romantis, hati terbang melayang dalam imajinasi yang namanya cinta. Ah, si pengirim surat cinta memang pandai merangkai kata. Itu dulu, zaman di mana belum meledaknya internet. Sekarang berkirim surat melalui e-mail. Kurang romantis, kurang jleb, kalau dibandingkan dengan surat yang berisi amplop pink.

Dari rangkain di atas membuktikan menulis sangat erat dalam kehidupan, dari hal yang remeh sampai yang penting. Pertanyaan sekarang adalah apakah kita hanya sebagai pembaca? Yang selalu dicekoki berupa informasi dan pengalaman si penulis. Tidak ada yang salah memang, hanya saja selain kita membaca, tapi harusnya juga menulis. Inilah yang disebut keseimbangan literasi. Sebagai penulis saat membaca hal yang tidak benar, otak kritis kita langsung bekerja, dan menganalisisnya, lalu dengan optimis mengkritik tulisan yang baru kita baca.

Apakah Sulit Membuat Tulisan?
Sangat mudah bagi yang berpengalaman, dan begitu sulit bagi yang tidak akrab dengan dunia literasi. Artinya jika kita membiasakan diri untuk menulis, maka lambat laun tulisan kita akan semakin baik. Dan “renyah” pula dibaca. Belajar menulis memang tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh ketekunan dalam belajar menulis dan belajar mendisiplinkan karya. Mendisiplinkan karya ialah memastikan setiap karya lahir pada waktu yang telah ditentukan, dan dilakukan secara terus menerus.

Tiada jurus jitu menjadi penulis hebat selain latihan secara disiplin. Kita tidak cukup menjadi penulis hanya mengikuti seminar, gabung di komunitas tapi tidak menulis, hanya sebagai “perusuh”, membaca buku-buku dengan judul berlebihan, padahal tidak sesuai dengan isinya. Semua itu sebaiknya dileburkan menjadi praktik langsung. Karena teori menulis sangat banyak dan mudah kita akses di zaman revolusi industri 4.0 ini.

Jadi cara terbaik untuk mendisiplinkan diri dan terus mengasah skil menulis adalah dengan cara bergabung di wadah penulis, seperti komunitas atau organisasi menulis. Dan pastinya mencari mentor yang tepat untuk mengkritisi tulisan kita dan memberikan masukan-masukan agar karya yang ditulis semakin bagus lagi. Kritikan itu bagaikan batu asah, dan otak kita adalah pisau. Semakin sering dikritik dan membenahi tulisan sama saja menajamkan otak kita untuk menulis. Maka jangan down, ketika karya kita dikritik oleh teman-teman yang lain.

Nah, jika masih terasa sulit menulis, tentunya masih ada jalan lain, yaitu menemukan bintang inspirasi. Apa yang dimaksud dengan bintang inspirasi? Kata seorang sahabat blogger (Liana), “Bang, kalau mau menjadi penulis, carilah bintang inspirasi abang!”. Liana mengatakan itu karena terinspirasi oleh novelis Dewi Lestari di novel Perahu Kertas. Dalam penjelasan Liana lebih lanjut, bintang inspirasi itu adalah sesuatu yang sangat kita cintai di bumi ini. Apapun itu, apakah seseorang, orangtua, teman, Tuhan, perjuangan, atau apa saja di luar pikiran manusia lainnya, jika itu memang dicintainya juga tidak masalah.

Kaitan dengan menulis adalah tulislah bintang inspirasi itu dalam bentuk karya. Maka ide kepenulisan kita tidak akan pernah redup, karena inspirasi dari bintang yang kita cintai itu selalu memantik untuk terus berkarya. Karena kita tidak akan bisa berhenti mencintai sesuatu yang menjadi bagian dari hidup kita sendiri. Begitulah kira-kira.

Pernah membaca karya Pramoedya Ananta Toer? Jika pernah, ayo kita coba menebak, kira-kira siapa bintang inspirasi Bung Pram? Duh, tentu ini jawaban yang sulit. Tapi yang namanya juga tebak-tebakkan, ya, sah saja kita mencoba menjawabnya. Dengan ragu-ragu kita menjawab bintang inspirasi Bung Pram adalah perlawanan. Ya, karena setiap karya yang dicetuskan Bung Pram kerap memberikan sinyal perlawanan.

Mengingat pula si bung itu lahir dan tumbuh pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Sedangkan paska kemerdekaan (orde lama dan orde baru), beliau tetap berkarya yang mengantarkannya ke jeruji besi dan pembuangan yang berpindah-pindah. Sampai di ujung usianya, Bung Pram masih mewasiatkan perlawanan kepada angkatan muda. Maka tak heran pula, kaum muda yang gemar menulis kritikan secara tidak langsung dipengaruhi karya-karya sang maestro tersebut.

Sekarang siapa sebenarnya bintang inspirasi kita? Inilah tugas utama seorang penulis untuk memulai karyanya. Jika bintang inspirasi itu sudah ditemukan, kemungkinan besar dia akan terus berkarya sampai akhir hayat. Karena ia sudah tahu apa yang harus ditulis, dan untuk apa tulisannya itu dipublikasikan ke masyarakat luas. [Asmara Dewo/Klickberita.com] 

Baca juga:
Bersamamu Mengepakkan Sayap Perubahan

Posting Komentar untuk "Menemukan Bintang Inspirasi "