Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bung Pram: Si Penipu Tetap Penipu

Klickberita.com – “Nenek moyang kita menggunakan namanya yang hebat-hebat dan dengannya ingin mengesani dunia dengan kehebatan-kehebatan dalam kekosongan? Eropa tidak berhebat-hebat dengan nama, dia berhebat-hebat dengan ilmu dan pengetahuannya. Tapi si penipu tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya,” Anak Semua Bangsa, hal 102.

Pramoedya Ananta Toer | Foto Charlie Hanley/AP

Pernahkah Anda membaca novel berkelas dunia karangan Pramoedya Ananta Toer asal Blora tersebut? Jika pernah, atau mungkin juga mengagumi beliau, tentu kita sepakat bahwa kalau ingin punya nama besar harus mempunyai ilmu dan pengetahuan. Bukan besar karena nama yang besar, atau istilah Bung Pram mengatakan berhebat-hebat dengan nama.


Sebenarnya apa yang dimaksud oleh peraih nobel sastra itu? Menurut hemat penulis ialah orang yang dibesar-besarkan karena ada kepentingan di dalamnya, seperti kepentingan dalam politik, agama, sosial, dan ekonomi. Jadi misalnya saja ada salah satu keturunan dari penguasa yang pada dasarnya tidak ada apa-apanya, alias kosong, namun karena mempunyai nama keluarga, maka diangkat-angkatlah dia demi kepentingan oknum terkait.



Lalu hasilnya apa? Jelas orang-orang yang diangkat tadi sama sekali tidak memberikan manfaat pada orang di sekitarnya, mungkin saja agama, bangsa, dan negara. Lain halnya jika ia memang besar dengan ilmu dan pengetahuannya, maka apa yang dimilikinya mampu membawa perubahan yang menakjubkan, tak hanya di lingkungan saja, bahkan memengaruhi dunia.


Bung Pram sendiri membuktikan dengan novelnya yang sangat inspiratif, tak heran dunia tergugah sampai saat ini masih terus menelisik lebih jauh karangan-karangannya. Sebenarnya masih banyak anak-anak bangsa kita yang besar atas ilmu dan pengetahuannya, misalnya BJ Habibi. Negara mana yang tidak mengenal beliau? Salah satu manusia tercerdas yang pernah lahir di Bumi Indonesia, putra bangsa yang mempelopori pembuatan pesawat terbang dari negara kita.


Tentunya kita sebagai generasi muda bangga sekali pada BJ Habibi? Anda yang mungkin saat ini akan berangkat terbang naik pesawat, itu berkat ilmu dan pengetahuan BJ Habibi. Selalu salam hormat pada beliau, sosok inspiratif yang memantik generasi kita untuk terus berkarya, dan terus membangun perubahan demi kepentingan umat, bangsa, dan negara.


Nah, sekarang kita sering melihat sosok yang dibesar-besarkan, ia tampil di berbagai acara televisi, diundang ke istana negara, dan sebagai pembicara di acara-acara tertentu. Pertanyaannya adalah apa ilmu dan pengetahuan yang diberikannya kepada bangsa? Sehingga secara tak langsung ia ingin dijadikan icon generasi muda yang patut dicontoh. Dan kenyataannya adalah perlahan topeng itu terbuka dengan sendirinya.


Benar apa yang disampaikan Bung Pram, “… tapi si penipu tetap penipu, si pembohong tetap pembohong dengan ilmu dan pengetahuannya.”


Perpolitikan Indonesia yang rumit ini memang kerap memanfaatkan apa saja yang bisa menguntungkan pihak-pihak terkait. Gadis remaja saja yang pandai plagiat bisa dibesar-besarkan namanya. Padahal orang waras nan cerdas paham mana karya asli, mana plagiat, dan mana copy-paste. Jelas di dunia sastra, plagiat adalah kriminal. Sedangkan dipandang dari sudut hukum bisa tersandung kasus.


Penulis sarankan kepada generasi muda yang membaca artikel ini, teman-teman di sini, cobalah bangga akan hasil karya sendiri. Tidak perduli orang lain mengacuhkan, tidak perduli orang lain meremehkan, dan tidak perduli orang lain menghinakan, simpan karya itu, boleh jadi karya tersebut menjadai harta karun di kemudian hari. Suatu hari di mana karya itu dibongkar, bisa membawa keajaiban di sepanjang hidup Anda.



Nah, jadi jangan tergoda dan tertipu dengan nama ‘besar’ yang dibesar-besarkan, sudah ada buktinya, bahwa karya yang mencuri perhatian nasional ternyata bukan karangannya sendiri. Mungkin saja karya Anda jauh lebih baik dari karya asli si plagiat. Andai Anda mengikuti perkembangan politik Indonesia pasti paham kenapa sosok-sosok seperti itu terus di-blowup. Sekali lagi saya tekankan semua itu karena ada kepentingan politik.


Anda yang masih muda, memegang prinsip sejati sastrawan, teruslah berkaya, tulislah apa yang memang patut dituliskan.


Ingatlah pesan Bung Pram ini, “…tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari,” Anak Semua Bangsa, hal 112. [Asmara Dewo]



Baca juga di asmarainjogja:

Posting Komentar untuk "Bung Pram: Si Penipu Tetap Penipu"