Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Sampai Seruan Itu Berkumandang!

Jangankan seorang ulama, jika guru sebagai pendidik saja ketika dihinakan tentu kita marah, karena melalui gurulah ilmu pengetahun didapatkan. Apalagi seorang ulama panutan umat Muslim, jika ulamanya dilecehkan, dihina, diancam dan lain sebagainya tentu umat Muslim akan marah. 

Harus dipahami, ulama adalah pewaris para nabi, jika memuliakan ulama itu juga memuliakan nabi, Rasulullah, yang juga memuliakan Allah SWT. Karena agama hidup juga dari para ulama. Coba kalau diangkat semua ulama di bumi ini, atau di Indonesia saja, maka genaplah umat Muslim akan tesesat di dalamnya.

 Ilustrasi Ulama | Foto Hidayatullah
Ada ulama saja di negeri ini, negara kacau balau, mulai kejahatan dari kelas teri sampai kelas kakap. Apalagi sama sekali tidak ada? Ulama adalah guru umat Muslim, panutan umat Muslim, tempat bersimpuh segala resah kehidupan ini, dan sebagai pemimpin di negeri ini. Jadi ketika ulama diancam keberadaannya, ya, wajar umat Muslim berang di negeri ini. 

Ulama juga manusia, yang juga memiliki kedhoifan, namun ia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki manusia biasa. Kelebihan itu tentu mengenai pemahamannya soal agama, ibadahnya, dan pengaruh besarnya terhadap umat. Indonesia bermayoritaskan Muslim, jika ada oknum yang berani mengancam ulama itu artinya memancing kemarahan umat. 

Mungkin sebagai sesama manusia, tidak suka terhadap orang lain, atau juga pada seorang ulama yang berseberangan dengan pemahaman kita. Tapi karena bersebrangan atau berlawanan tidak otomatis menghina ulama, membentak, memelototi, berkata kasar, dan mengancam ingin menjebloskan ke penjara. Jelas, ini adalah tindakan yang sangat keliru. 

Ketika seseorang sudah begitu, lawannya bukan lagi ulama tersebut, namun seluruh pengikutnya, umatnya, sebab dialah pemimpin tertinggi pada suatu majelis. Jangan sampai seorang ulama teriak takbir jihad, Allahu Akbar! Sebab seruan itu berkumandang, maka genderang sudah ditabuh, umatnya para ulama itu siap berjihad.  

Apakah ini guyonan belaka? Tidak! Sejarah sudah mencatat seruan jihad tersebut di salah satu kota di Indonesia Raya ini, perang pun terjadi. Antar agama di negara kita pecah berkecamuk, banyak memakan korban jiwa. Apa ini yang diinginkan oleh bangsa kita? Saya harap tidak, karena kita sama-sama menjaga kerukunan antar umat beragama di bawah Bhineka Tunggal Ika. 

Tapi kita mohon pula, siapapun yang menghinakan ulama, patut diproses secara hukum, agar tidak menular ke oknum-oknum lainnya yang dendam dengan ulama. Apalagi Indonesia sekarang semakin memanas. Bohong kalau ada yang sebut Indonesia aman-aman saja? Saat ini Indonesia ibarat menyimpan bara, yangs sewaktu-waktu akan menjelma menjadi api. 

Pemerintah sepertinya tidak sensitif hal ini, terlalu menganggap enteng urusan agama. Padahal yang paling krusial di sebuah negara adalah permasalahan agama. Ini sebenarnya tidak bisa dibantah lagi! Ketika rakyat hanya patuh dan bersabar di permasalahan kenegaraan lainnya seperti kesenjangan sosial, hukum yang lumpuh, korupsi yang merajalela, kolusi, nepotisme, dan lain sebagainya. Tapi urusan agama tidak begitu. Ini cukup darurat, karena soal akidah bagi setiap Muslim. 

Lagi-lagi sejarah mencatat, aksi damai 212 (2 Desember 2016) di Monas, Jakarta, adalah bukti nyata kemarahan umat Muslim di Indonesia. Semua itu dilakukan karena soal agamanya, agama Islam yang dilecehkan melalui Al-Qur’an dan ulama. Alhamdulillahnya adalah aksi sejarah emas itu damai, dan tuntutan akhirnya diterima. 

Dan stop sampai di sini, jangan  berulang menghina ulama, atau apapun itu yang berkaitan dengan agama Islam. Salah lalu minta maaf. Salah lagi, lalu minta maaf. Salah lagi, minta maaf lagi. Sampai kapan begitu terus? Kalau dilakukan dengan orang yang berbeda, mungkin khilaf, nah, kalau orangnya itu-itu juga berarti oknum tersebut ada yang sakit pada dirinya.

Ia tidak bisa belajar dari kesalahannya. Berulang kali menghinakan ulama artinya seseorang benar-benar sakit, cukup berbahaya mebiarkan orang seperti ini bekeliaran bebas di suatu negara. Apalagi ia menjabat di suatu daerah, dan sangat memengaruhi sebuah kota dan negara, bisa perang melulu bangsa ini karena ucapan dan tindakannya yang kerap mengusik umat Islam. 

Maka, jangan sampai masyarakat Muslim merasa terancam di negerinya sendiri, merasa terancam sebagai umat terbesar di negerinya sendiri. Dan ketika ulama berkumandang takbir berjihad Allahu Akbar! Indonesia darurat. [Klickberita.com/Asmara Dewo]

Info: Klick Berita di-update setiap Sabtu pagi

Baca juga:

3 komentar untuk "Jangan Sampai Seruan Itu Berkumandang!"

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Sy setuju dengan tulisan Anda,tp bukankah ulama lebih paham tentang memaafkan?bisa jd ini ujian Dr Alloh untuk ulama tersebut ataupun umat Islam secara keseluruhan, mari bersama-sama berusaha lebih bijaksana, jgn justru meneteskan bensin ke bara api yg belum menjadi api,sy berdo'a kpd Alloh SWT semoga bara itu padam dan tercipta kehidupan yg menyejukkan, aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kita berharap Indonesia baik2 saja. Dan kita semua diberikan ketabahan. Hanya saja kita jangan pernah mengabaikan sejarah kelam, itu adalah pelajaran yang bisa kita terapkan untuk sekarang dan di kemudian hari.

      Karena itulah kita bersama-sama berharap kepada pemerintah Indonesia bijak soal agama yang melanda di tanah air ini. Jika dibiarkan berlarut-larut, yang dikhwatirkan adalah gesekan horizontal, masyarakatat vs masyrakat. Terimakasih

      Hapus