Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berdasarkan Data Ilmiah, 14 Alasan Inilah Seseorang Menolak Menikah

Belakangan ini membahas pernikahan menjadi momok yang menakutkan. Terlebih saat lebaran nanti. Seseorang yang belum siap atau menolak menikah menghindari obrolan itu. Bahkan tak jarang pula yang ditanya merasa “terjalimi”.

Photo by Soroush Karimi on Unsplash
Berbeda di Eropa, pernikahan adalah persoalan pribadi. Tapi bagi bangsa ini pernikahan bisa menjadi persoalan keluarga, sosial, bahkan pemerintah turut mengintervensinya.

Sebenarnya apa, sih, yang menyebabkan seseorang itu tidak menikah? Berdasarkan penelusuran yang dihimpun dari berbagai sumber, kita bisa menemukan jawabannya. Setidaknya ada 14 alasan seseorang menolak atau belum siap menikah, berikut ulasannya:

1. Belum menemukan pasangan yang mapan


Ilustrasi lelaki mapan |unsplash.com/@adeolueletu
Berdasarkan penelitian di Swedia oleh Johanna Rickne (ekonom), seorang profesor di Universitas Stockholm mengatakan, “Perempuan yang menyandang status dan berpenghasilan tinggi tidak mau menikah dengan laki-laki pas-pasan yang bercita-cita menjadi bapak rumah tangga. Para perempuan itu cenderung mencari suami yang lebih kaya” (BBC.com).

2. Tidak setara antara suami dan istri

Ilustrasi kesetaraan | unsplash.com/@timmossholder
Laporan ekonomist bertajuk Asias’s Lovely Heart, menurutnya minat menikah di Asia disebut berakar dari makin banyaknya perempuan yang menyadari bahwa pembagian peran berdasarkan jenis kelamin dalam rumah tangga sangat tidak setara, dan mereka menjadi korban terbesarnya. Penelitian itu dilakukan di Korea Selatan (Tirto.id).

3. Biaya nikah mahal

Ilustrasi pemasangan cincin pernikahan | unsplash.com/@thomasae
Ditengah gaji yang pas-pasan, rata-rata pekerja di Kora Selatan berhadapan dengan biaya yang tinggi, terutama untuk biaya sewa tempat tinggal. Pernikahan menjadi momok bagi generasi muda yang baru memulai karir.

Biayanya makin hari makin tidak masuk akal. Sewa gedung, biaya katering, hadiah pernikahan untuk mertua, ditambah keperluan lain-lain: itu semua membutuhkan uang tabungan yang sulit dijangkau dengan gaji yang mereka terima (Tirto.id).

4. Lebih nyaman sendiri

Ilustrasi lebih nyaman sendiri | unsplash.com/@seteales



Psikolog dan peneliti Burke Hagemeier, Universitas Jean, Jerman telah mewancarai hampir seribu perempuan, usia mulai 18 hingga 73 tahun. Hasilnya ternyata merasa lebih nyaman sendirian dibandingkan laki-laki (Ayobandung.com).

5. Ingin selalu banyak teman

Ilustrasi bersama teman-teman | Photo by Court Cook on Unsplash
Perempuan sangat tahu bagaimana menjadi teman yang baik. Sebagaimana hasil kesimpulan yang didapat dari peneliti Pew Research Center, kesendirian memberi perempuan kesempatan untuk bisa lebih banyak berteman. Tidak perlu melapor ke pasangan (Ayobandung.com).

6. Tidak bebas

Ilustrasi bebas |unsplash.com/@persnicketyprints
Saat perempuan masih melajang, mereka sangat mudah melakukan hobi atau apapun yang mereka inginkan. Namun, dalam pernikahan mereka harus selalu mempertimbangkan keinginan pasangan.

Fakta sebaliknya juga didapatkan dari para peneliti Pew Research yang menyebut bahwa laki-laki jauh lebih mudah melakukan hobi atau apapun hal yang diinginkan saat istri atau pacar sedang menunggu di rumah.

Hasil ini berdasarkan survei 73 persen laki-laki menyatakan yang sama, yakin, “Mudah untuk melakukan apa yang Anda sukai ketika istri bersama Anda” (Ayobandung.com).

7. Tidak ingin melakukan semua pekerjaan rumah

Ilustrasu memasak di dapur | Photo by Jason Briscoe on Unsplash

Perempuan tidak ingin melakukan semua pekerjaan rumah. The Guardian menulis, setelah menikah, perempuan harus berhadapan dengan pilihan: menikah dan melupakan semua impian, karir, atau merawat rumah, suami, dan anak. Itulah mengapa semakin banyak perempuan yang tidak ingin menikah (Ayobandung.com).

8. Tidak ingin mengasuh anak

Ilsutrasi anak-anak di rumah | Photo by Allen Taylor on Unsplash
Semakin tua lelaki, semakin banyak perawatan yang diharapkan datang dari perempuan. Dan ternyata di rumah, perempuan juga bertanggungjawab pada anak-anak dan suami, seperti halnya mencuci, membersihkan, memasak, dan mendukung pasangan secara emosional.

Nah, semakin tua perempuan semakin dia ingin terhindar dari beban ini. Kesimpulan datang dari sosiolog Zosia Bielski, yang melakukan penelitian untuk dipublikasi Kanada The Globe and Mail.

Zosia mewancari mewancarai perempuan di atas 60 tahun, didapatkan mereka yang sudah menikah tidak ada yang ingin menikah lagi. Kebebasan secara keuangan membuat perempuan bisa menetapkan standar, dan sayangnya laki-laki tidak bisa melakukan itu. (Ayobandung.com).

9. Menunggu orang yang tepat

Ilsutrasi menunggu | Photo by ZSun Fu on Unsplash
Studi yang dilakukan Gallup menyebutkan jika pernikahan masih menjadi hal yang dianggap penting kaum milenial. Hanya saja mereka masih menundanya dengan alasan menunggu bertemu orang yang benar-benar tepat. Generasi milenial akan menikah saat ia telah siap secara fisik, psikis, dan juga finansial yang stabil (Fimela.com).

10. Idealisme hipergami

Ilustrasi pengantin | Photo by Photo by Nathan Dumlao on Unsplash
Penelitian Ariane Utomo, peneliti demografi sosial di Australian National University, pada tahun 2012 menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, baik laki-laki, maupun perempuan mengidealisasikan permikahan hipergami.

Menurut tradisi pernikahan hipergami, pernikahan perlu terjadi antara lelaki dengan status sosial, ekonomi, dan tingkat spritualitas yang lebih tinggi dari perempuan.

Pandangan yang menekankan superioritas lelaki di dalam rumah tangga ini dipercaya memiliki akar religius yang kuat.

Menurut ajaran agama Islam dan Kristen (sebagai dua agama mayoritas di Indonesia), lelaki dianggap sebagai “imam” atau “kepala”. Nilai keagamaan ini yang ditanamkan membuat atribut laki-laki menempati posisi lebih tinggi dari perempuan (Theconverstaion.com).

11. Tidak menarik hanya menimbulkan masalah

Ilustrasi sedih | unsplash.com/@verneho
Riset mandiri Tirto.id pada Agustus 2016 menunjukkan ada 24,9 persen perempuan tidak memilih menikah. Sebagian besar alasan mereka karena, “menikah tidak menarik, hanya menimbulkan masalah, dan menghambat karir.

12. Membuat stres dan merepotkan

Ilsutrasi stress | Photo by Anthony Tran on Unsplash
Dalam studi di China yang ditulis China Dayli pada 2015 ditemukan 80 persen di kalangan anak muda lajang kelahiran 80an sampai 90an memilih hidup sendiri dan takut menikah.

Hasil penelitian itu mengungkap bahwa gamephobia menjadi hal lazim di kalangan anak muda, dengan 90 persen responden mengatakan pernikahan hanya membuat stress dan merepotkan.

Mereka mengklaim tekanan dari masyarakat, pekerjaan, kehidupan, dan orangtua mengalihkan perhatian mereka dari pernikahan (Tirto.id).

13. Tidak sempat bertemu dengan calon pasangan

Ilustrasi kesibukan di Kota Jepang| Photo by Cory Schadt on Unsplash
Tirto.id menuliskan pada 2014 dilaporkan bahwa populasi penduduk muda Jepang menurun, terutama karena jumlah pernikahan yang sangat rendah. Ketakutan untuk menikah ini terkait dengan etos penduduk Jepang yang suka berkarir ketimbang harus berumahtangga.

Kepada Wall Street Jurnal, Menteri Pemberdayaan Perempuan Jepang Masako Mori mengatakan “Salah satu alasan mereka (tak mau menikah) karena merasa ekonomi tidak stabil. Mereka juga tidak memiliki kesempatan untuk bertemu calon pasangan.”

14. Karena sistem kapitalis

Ilustrasi pekerja | Photo by Tom Pumford on Unsplash
Tirto.id dalam wawancaranya dengan Sosiolog Nasional Jakarta, Nia Elvina. Hampir 25 persen wanita di perkotaan tidak ingin menikah. Nia mengatakan sebenaranya itu fenomena khas urban. Penyebabnya adalah sistem ekonomi kapitalis yang diterapkan di negara ini. Ada kekhawatiran besar soal ekonomi, bagaimana membiayai anak, takut tidak bisa hidup layak. Sistem ekonomi kita membuat seperti itu.

“Dalam sistem ekonomi kapitalis penggajian pekerja itu berdasarkan perorangan, bukan keluarga. Kalau seorang bekerja dan gajinya cukup untuk satu keluarga mungkin orang mau untuk menikah. Karena kondisi itu orang akhirnya berpikir ngapain menikah kalau cuma bikin tambah beban pikiran, mending melajang.” ujar Nia.

Nah, itulah 14 alasan seseorang menolak atau belum siap untuk menikah. Jika menunggu mapan dulu baru menikah, atau menunggu sistem kapitalis tumbang, kita kekurangan generasi berikutnya, bukan begitu sahabat muda? 

Artikel ini telah tayang di asmarainjogja.id dengan judul Berdasarkan Studi, 14 Alasan Inilah Seseorang Menolak Menikah


Posting Komentar untuk "Berdasarkan Data Ilmiah, 14 Alasan Inilah Seseorang Menolak Menikah"