Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Janji Pahit Seorang Pemimpin


Untuk membawa suatu negara dan bangsa menuju yang lebih baik, tentu Indonesia  membutuhkan seorang figur pemimpin yang religius, cerdas, bijak, tegas, dan berprikemanusiaan. Mustahil sebuah negara bisa menjadi negara yang besar, yang berdaulat, adil dan makmur, jika dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten dalam menangani berbagai permasalahan negara.

Jangan ditutupi lagi, bahwa negara kita yang tercinta ini sudah mengidap penyakit kronis. Buruknya lagi, negara ini dari berbagai aspek tak ada yang bisa dibanggakan untuk maju ke ranah internasional. Oh ya... hampir lupa, si kecil tahfidz Al-Quran beberapa bulan lalu menjadi sorotan dunia, dan itu sangat mengharumkan nama bangsa Indonesia. Dan si pembalap formula one si ganteng dari Solo juga mampu membawa Indonesia sebentar jadi perbincangan Internasional di kancah dunia pembalapan.

Atau juga Tontowi dan Liyana yang sudah meneruskan generasi turun temurun mengharumkan nama Indonesia di ajang olimpiade.


Pemimpin yang suka berjanji (Ilustrasi) | Foto Flickr

Lain dari itu, apa lagi yang bisa dibanggakan tujuh bulan terakhir ini? Hanya korupsi dan hutang yang semakin bertambah dan bertambah, yang kemungkinan negara ini bisa bangkrut seperti yang terjadi pada negara Yunani. Ya Allah... jangan sampai terjadi. 

Buruknya negara adalah dari buruknya seorang presiden, buruknya ibu kota adalah buruknya seorang gubernur dan wali kota, begitu seterusnya sampai ke jenjang paling rendah yaitu Ketua RT. Karena pada kekuasaanya yang tertinggi itulah seorang pemimpin bisa mengatur segala macam urusan rakyatnya. 

Jadi lucu sekali jika seorang pemimpin berkata demikian: Bukan urusan saya! Woww... kalimat penangkis ini sering dilontarkan oleh pemimpin kita, bukan? Kalau tidak mau mengurusi rakyat Indonesia yang berjumlah sekitar 255 juta kan lucu sekali. Seperti seorang presiden, dia memiliki 31 menteri yang bisa membantunya untuk menjalankan tugas-tugas sebagai presiden.

Jadi jika ada permasalahan negara atau sosial, tinggal panggil saja menteri tersebut. Beres! Jadi presiden bisa menyuruh menteri dan memantaunya langsung. Apa susahnya kalau begitu coba?! Rakyat juga paham, bahwa menjadi seorang pemimpin negara itu tidak gampang. Namun begitu, rakyat juga paham mana pemimpin yang memang bekerja dengan ikhlas untuk kepentingan rakyat, dan mana untuk kepentingan pribadi dan para kelompoknya.

Hampir dua tahun estafet kepresidenan berganti, namun sampai sekarang belum ada prestasi kinerja presiden Indonesia yang bisa membuat rakyat bangga. Kalau hal-hal kecil, seperti pembangunan ini-itu, itu sih biasa. Seorang gubernur juga bisa demikian. Tapi ini presiden lho, yang mempunyai wewenang dari Sabang sampai Merauke. 
Hellowww... kemana saja hampir dua tahun, Pak?

Jangan pula janji-janji semasa kampanye dulu, di akhir masa jabatan bilang: saya butuh satu periode lagi untuk menunaikan janji-janji saya. Kalau begitu, inilah tipe pemimpin yang suka berjanji. Janji lagi, janji lagi, kapan buktinya, Pak’e? Pahit Pak’e ditelan janji-janji terus yang disuapkan.

Lima tahun itu waktu yang singkat, tak terasa berjalannya masa. Umur pun kian bertambah, kulit semakin keriput, tenaga terus berkurang. Kalau bukan sekarang untuk menorehkan tinta emas dalam sejarah atas prestasi sebagai presiden, mau kapan lagi? Pemilu ke depannya belum tentu juga terpilih, ya kerjanya saja belum maksimal. Yuk Pak’e.... kerja... kerja... kerja![Klickberita.com]

Posting Komentar untuk "Janji Pahit Seorang Pemimpin "