Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tujuh Cara Keren Berdebat Melalui Tulisan

Pengaruh internet menggiring perdebatan lisan menjadi perdebatan tulisan. Seringkan kali netizen terlibat dalam diskusi yang tidak berujung, atau istilah debat kusir. Misalnya saja dalam mengomentari berita, bisa dibaca di bawah komentar itu, netizen menulis tanggapannya dengan tulisan yang sulit dipahami.

Uniknya tulisan yang absurd tersebut ditanggapi pula oleh netizen lainnya. Dengan gaya khas netizen sok paling tahu, gemar membodoh-bodohi netizen lain dengan tulisan yang juga amburadul. Tidak jelas apa maksudnya. Entah memang paham atau pura-pura paham, mereka yang berdebat melalui tulisan itu menjadi uraian yang menjadi perhatian netizen lainnya. Maka jadilan bangsa +62 yang kepo dengan urusan-urusan tidak penting.

Debat Melalui Tulisan | Shutterstock
Meningkatnya berbagai media online, atau media sosial meski pula diiringi dengan meningkatnya daya menulis. Netizen tidak hanya euforia dalam aktivitas online-nya, tapi juga membekali diri dengan memahami cara berdebat melalui tulisan. Kita paham setiap netizen mempunyai argumenya masing-masing dalam menyikapi suatu persoalan, maka jika didukung dengan cara penulisan yang baik, maka makin mantaplah argumennya.

Terkadang persoalan-persoalan di dunia maya yang demikian itu hanya urusan sepele. Kesalahpahaman dalam menulis dan kesalahpahaman dalam menyusun kalimat. Sehingga menimbulkan ketidaksenangan orang lain, buntutnya adalah tanggapan serius dari yang merasa dirugikan.

Oleh sebab itu sekali lagi kita belajar menyusun argumen dalam perdebatan-perdebatan melalui tulisan. Agar apa yang ingin kita sampaikan dapat diterima dengan jelas oleh setiap netizen, mulai dari netizen alay, sampai netizen sok serius. Sebagaimana Jonathan Herring dalam bukunya Cara Tepat berdebat Secara Cerdas, Menyakinkan, dan Positif, merumuskan tujuh cara berdebat melalui tulisan.

1. Tulislah dengan jelas. Ingatlah bahwa menulis dengan jelas lebih penting daripada terkesan pandai. Anda tidak perlu menggunakan kata-kata yang panjang dan rumit hanya karena Anda menuangkan pendapat dalam bentuk tulisan. Jangan bertele-tele.

2. Gunaan ejaan dan tata bahasa yang benar. Namun, bukanlah dosa besar jika Anda mengawali kalimat dengan kata “tetapi” atau menggunakan kata depan untuk mengakhiri sebuah kalimat, barangkali kecuali jika Anda sedang menulis surat kepada guru bahasa. Jika perlu, utamakan kejelasan daripada tata bahasa. Churchill pernah mengomentari sebuah surat yang tata bahasanya benar, tetapi berbelit-belit.

3. Pikirkan baik-baik ketika menulis kalimat pembuka. Ketika mempertimbangkan apakah akan membaca sebuah tulisan dengan seksama ataukah hanya membaca secara singkat, para pembaca sering memutuskan berdasarkan tanggapan mereka terhadap kalimat pembuka tulisan tersebut. Anda sebaiknya menuliskan sesuatu yang akan merenggut perhatian pembaca dan menyakinkan mereka bahwa tulisan Anda penting untuk dibaca. Saya pernah membaca sinopsis sebuah buku yang bertuliskan:
Apakah Anda seorang pengacara medis berambut lebat, bertekanan darah rendah, dan memiliki hambatan menulis? Jika demikian, inilah buku yang tepat untuk Anda. Anda tidak perlu membaca berlembar-lembar sebelum tekanan darah Anda meroket; Anda akan menggaruk-garuk kepala, dan segera menyambar papan ketik untuk menuliskan bantahan hal-hal yang akan Anda baca.

4. Jagalah agar tulisan Anda tetap singkat. Pembaca biasanya lebih suka membaca ringkasan satu halaman daripada dokumen dengan 50 halaman. Sepuluh perintah Allah (The Ten Commandements) hanya tersusun 156 kata, tetapi banyak hal yang dapat disampaikan melalui kata-kata sesingkat itu.

5. Gunakan butir-butir dan alinea untuk memisahkan setiap pikiran pokok.

6. Gunakan kalimat aktif. Kalimat “Rencana ini sebaiknya dijalankan dengan hati-hati” akan lebih baik bila diubah menjadi “Kita sebaiknya menjalankan rencana ini dengan hati-hati”.

7. Bacalah semuanya sesudah Anda menuilskannya.
Bayangkan jika Andalah yang menjadi pembacanya. Saya teringat ketika bertemu dengan salah seorang mahasiswa saya yang sedang melamar untuk mengikuti perkuliahan di universitas lain. Ia mengirimkan salinan surat lamarannya untuk saya periksa. Dalam surat itu, dijelaskan bahwa ia melamar untuk mengikuti perkuliahan tersebut guna mengantisipasi kalau-kalau ia tidak mendapatkan pekerjaan yang tengah dilamarnya.

Saya memintanya untuk membayangkan jika ia menjadi penanggungjawab perkuliahan itu, apa yang ada dalam benaknya ketika menerima surat semacam itu? Saya memang harus menghargai kejujuran mahasiswa tersebut, tetapi ia tidak memikirkan bagaimana tulisannya akan dibaca oleh setiap orang yang ia tuju. Jangan membuat kekeliruan seperti itu. [Klickberita.com/Asmara Dewo] 

Baca juga:
Enam Teknologi Canggihnya Revolusi Keempat
Intip 10 Rahasia Cara Langsing Putri Keraton
Biar Presentasi Lancar dan Sukses, Ikuti 7 Tips Ini!

Posting Komentar untuk "Tujuh Cara Keren Berdebat Melalui Tulisan"