Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

18 Cara Kepemimpinan Gadjah Mada yang Tepat untuk Zaman Now

Tak bisa dipungkiri, kemajuan organisasi sangat dipengaruhi oleh pimpinannya. Seorang pemimpin seperti nakhoda yang mengarungi samudera dengan kapal andalannya. Jika nakhodanya hebat dan berpengalaman maka kapal itu mampu mencapai pelabuhan yang ditujunya. Dan sebaliknya pula, jika nakhodanya KW (palsu) maka kapal yang membawa penumpangnya bisa tenggelam ke dasar samudera. Menggenaskan sekali memang.

Nah, kepemimpinan tersebut jika dikaitkan dengan perusahaan, maka perusahaan yang dipimpinnya akan bangkrut. Begitu pula dengan organisasi, pimpinan yang tak sesuai dengan pilihan anggota yang dipilih secara demokratis, berakibat pada lemahnya organisasi di kemudian hari. Artinya seorang pemimpin adalah kepala kebijakan dalam suatu tubuh organisasi. “Kebijakan-kebijakan” itu didistribusikan dari kepala sang pemimpin, dan sangat lucu jika pimpinan otaknya kosong.

Begitu pula karakter seorang pemimpin, apakah otoriter atau demokratis? Apakah semena-mena dalam mempermainkan aturan/kebijakan atau kerap mendiskusikan setiap persoalan ke forum? Yang kemudian menghasilkan suatu kesepakatan. Zaman now secara tidak langsung mengajak para pimpinan untuk lebih lentur dalam bersikap. Ada keterbukaan di sana, karena sembunyi-sembunyi di balik organisasi adalah bentuk kelicikan.

Kelicikan-kelicikan itu jika terakmulasi dengan progresif akan menjadi bom waktu di kemudian hari.

Foto ilustrasi Maha Patih Gadjah Mada | Istimewa

Dalam buku Great Leader in You yang disusun oleh Derli Fahlevi dan kawan-kawan, menguraikan cara kepemimpinan Maha Patih Gadjah Mada sebagai berikut:

1. Wijaya
Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa yang tenang, sabar, dan bijaksana, serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan karena hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan.

Era sekarang sangat dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki ketenangan hati yang baik. Kecerdasan adalah hal penting dimiliki oleh pemimpin, namun ketenangan hati jauh lebih penting agar mampu mengambil keputusan-keputusan dengan baik dan efektif bagi organisasi dan juga bawahannya.

2. Mantriwira
Seorang pemimpin harus berani membela, menegakkan kebenaran, dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun. Dalam konteks kekinian hal tersebut sering disebut dengan hati nurani. Seorang pemimpin harus tahu mana yang salah atau benar, dan mana yang baik atau jelek. Saat ia menghadapi situasi sesulit apapun seorang pemimpin harus mengutamakan yang benar, setelah itu baru yang baik. Keputusan baik belum tentu benar, namun keputusan yang benar pastilah baik bagi semua orang.

3. Natangguan
Seorang pemimpi harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggungjawab dan kehormatan. Pada era sekarang di mana seorang pemimpin memiliki kewenangan struktural, sebenarnya ia telah mendapatkan kepercayaan, namun belum tentu dapat menjaga kepercayaan pengikutnya dengan baik bila ia tidak meningkatkan kewenangan arif, moral, dan karismatiknya.

Pemimpin yang berusaha untuk meningkatkan keempat kewenangan di atas, akan mendapatkan kehormatan dan pengikutnya. Bukan ditakuti, tetapi disayangi dan disegani. Bila hanya ditakuti, saat memimpin kita akan ditakuti oleh pengikut, akan tetapi saat tidak menjabat kita akan ditinggalkan oleh mereka.

Berbeda dengan pemimpin yang disegani/disayangi, ia akan selalu dihormati sekalipun ia sudah tidak lagi menjadi pemimpin mereka.

4. Satya Bakti Prabu
Seorang pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi organisasi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus tunduk kepada aturan organisasinya ataupun tunduk kepada atasannya. Ia akan mendahulukan kepentingan organisasinya daripada kepentingan dirinya dan bahkan kelompoknya.

Pemimpin yang loyal kepada organisasi dan pengikutnya akan menguatkan budaya organisasi untuk berkembang karena pengikutnya menjadi lebih berkomitmen terhadap tugas-tugasnya.

5. Magmiwak
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan, serta mampu menggugah semangat masyarakatnya. Kekuatan utama seorang pemimpin dalam menggerakkan pengikutnya untuk merealisasikan visi dan misinya adalah dengan komunikasi yang powerful. Ada tiga langkah yang harus dikuasai oleh pemimpin dalam meningkatkan powerful communication-nya, yaitu:

a. Positive Personal Attribute
Pemimpin memiliki citra diri yang kuat dan positif karena ia telah membangun self esteem-nya dengan baik. Hal ini dibangun dengan cara berpikir positif agar menjadi positif dan mendorong perilaku yang positif. Dengan demikian, perilaku positif ini senantiasa akan mendorong tindakan pemimpin yang berlandaskan kebenaran.

b. Building Rapport
Merupakan sebuah cara untuk membangun konektivitas bawah sadar kepada semua orang yang terkait dengan komunikasi kepemimpinan. Dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu menyutujui utuk disetujui, mendengarkan untuk didengarkan, menerima untuk diterima, dan lain sebagainya.

Inti dari building rapport ini adalah bagaimana seorang pemimpin dapat berempati kepada setiap orang yang berada pada jangkauana komunikasi kepemimpinannya.

c. Powerful Communication
Peter Druker pernah menulis dalam sebuah bukunya bahwa hampir 72% masalah dalam organisasi disebabkan oleh komunikasi, bukannya tidak ada komunikasi karena terkadang malah terjadi komunikasi yang berlebihan. Tujuan komunikasi adalah adanya pesan yang disampaikan diterima dengan baik, dimengerti, mendapatkan tanggapan dan dilaksanakan sesuai dengan ide pesan yang telah disampaikan.

Komunikator yang powerful akan menggunakan bahasa pendengar, masalah yang dihadapi oleh pendengar, menyatu dengan emosi pendengar, dan setelahnya disampaikan inti pesan yang ingin disampaikannya.

6. Wicakseneng Naya
Seorang pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat. Pemimpin adalah seorang agen perubahan di mana akan menciptakan visi, tujuan, dan target yang harus dicapai oleh organisasinya.

Ia menggali informasi untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan setiap elemen organisasi yang dipimpinnya. Sehingga ia akan membuat strategi yang efektif untuk merealisasikan targetnya berdasarkan kelemahan dan kekuatan organisasinya. Untuk menjaga momentum perubahan tidak menuju kekacauan, pemimpin harus memiliki kecerdasan berdiplomasi sehingga cepat menyakinkan setiap pengikutnya dan sukarela mengarah kepada target yang ia tetapkan.

7. Sarjawa Upasama
Seorang pemimpin harus rendah hati, tidak sombong, tidak congkak mentang-mentang menjadi pemimpin dan tidak sok berkuasa. Keutamaan seorang manusia (baca pemimpin) terletak pada kerendahan hatinya. Kesombongan adalah cermin dari kebodohan. Pemimpin yang cerdas akan bersahaja, jujur, apa adaya sehingga mendapatkan simpati yang tinggi setiap orang.

8. Dirosaha
Seorang pemimpin harus rajin dan tekun bekerja. Seorang pemimpin harus memusatkan rasa, cipta, karsa, dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum. Seorang pemimpin harus menempatkan tiga filosofi dalam bekerja, yaitu:

a. Kerja Keras
Kerja keras adalah bekerja dengan menngunakan kekuatan fisik secara penuh dan memanfaatkan waktu secara produktif untuk menghasilkan produktivitas yang baik.


b. Kerja Cerdas
Pemimpin menggunakan kekuatan mentalnya dalam merencakana kerja secara efektif, membagi tugasnya berdasarkan prioritas, dan mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan yang ia senangi kepada pengikutnya secara selektif.

c. Kerja Ikhlas
Di samping menggunakan kekuatan fisik dan mental, seperti di atas, pemimpin juga bekerja dengan hati. Ia menyenangi setiap detail dari pekerjaannya (passion) dan melakukan detail tersebut dengan ikhlas, penuh syukur, dan perhatian.

9. Tan Satresna
Seorang pemimpin tidak boleh memihak dan pilih kasih terhadap salah satu golongan atau memihak saudaranya, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan. Dengan demikian, akan mampu mempersatukan seluruh potensi sumber daya manusianya untuk menyukseskan cita-cita bersama.

Banyak orang belum mampu melakukan ini dengan baik karena bagaimanapun juga masih terikat fleksibilitas pribadi untuk menerapkan hal ini, semakin fleksibel maka kita pun menjadi semakin mudah menguasai sistem sehingga semakin mudah menggerakkan potensi organisasi untuk mencapau tujuan.

10. Masihi Samasta Buwana
Seorang pemimpin harus mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia dari Tuhan, dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat. Dalam konteks perusahaan, sekarang ini telah terakomodasi melalui perundang-undangan mengenai membangun perusahaan yang berwawasan lingkungan, misalnya Green Globe, Proper Test, dan lain-lain.

Pemimpin harus menjadi penggerak utama organisasinya bertumbuh dan berkembang seirama dengan pelestarian lingkungan demi masa depan generasi penerus ibu pertiwi. Program Corporate Social Responbility harus diimplementasikan secara nyata dengan meemberikan bantuan kepada kelompok masyarakat dalam rangka meningkatkan daya ekonomina melalui pelestarian lingkungan, seperti membantu kelompok petani bercocok tanam secara organik, membantu kelompok masyarakat di perkotaan meningkatkan daya ekonominya melalui sayur dan buah dnegan metode hidroponik.

11. Sih Samasta Buwana
Seorang pemimpin harus dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin harus mencintai rakyatnya. Kaidah dari cinta adalah memberi, dengan demikian pemipin harus dapat memberikan kontribusi nyata terhadap kemajuan pengikut dan organisasinya.

Tidaklah mungkin pemimpin harus mencintai seluruh peengikutnya terlebih dahulu. Pemimpin menjadi lebih mudah mencintai pengikutnya bila ia mampu menempatkan jarak yang sama terhadap masalah dan individu pengikutnya.

12. Negara Gineng Pratijna
Seorang pemimpin senantias mengutamakan kepentingan organisasi daripada kepentingan pribadi ataupun kepentingan golongan maupun keluarganya. Pemimpin tidak memanfaatkan situasi untuk mendahulukan kepentinga keluarga dan golongannya dalam bertindak.

Bukan berarti ia mengabaikan kepedulian terhadap keluarganya, namun ia akan mendahulukan kepentingan organisasinya daripada kepentingan keluarganya. Pemimpin juga tidak akan memanfaatkan fasilitas organisasi untuk kepentingan keluarganya.

13. Dibyacita
Seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).

14. Sumantri
Seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih, dan wibawa

15. Nyaken Musuh
Seorang pemimpin harus dapat menguasai musuh-musuhnya, baik yang datang dari dalam, maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri (nafsunya/sadripu).

16. Ambek Parama Arta
Seorang pemipin harus pandai menentukan prioritas atau menguatamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.

17. Waspada Purwa Arta
Seorang pemimpin harus selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (intropeksi) untuk melakukan perbaikan.

18. Prasja
Seorang pemimpin harus berpola hidupo sederhana (aparighaha), tidak berfoya-foya atau serba gemerlap. Pemimpin yang bersahaja dan sederhana akan menghindarkan dirinya dari perbuatan tercela, seperti korupsi. [Klickberita.com/Asmara Dewo]

Baca juga:
Ingin Sukses? Pahami Dulu Tujuh Jenis Kecerdasan Ini
Enam Teknologi Canggihnya Revolusi Keempat
NYIA, Investasi yang Mengubur Petani
Hidupilah Petani, Jangan Hidup Memanfaatkan Petani

Posting Komentar untuk "18 Cara Kepemimpinan Gadjah Mada yang Tepat untuk Zaman Now"