“Duet Maut Trio Wow-Wow”, Ahok, Jokowi, dan Megawati
Oleh:
Asmara Dewo
Panggung
perpolitikan Indonesia semakin memanas, "duet maut Trio Wow-Wow" (Ahok, Jokowi,
Megawati) akan membuat para lawan politiknya ciut nyali. Bagaimana tidak? Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo Presiden RI, sedangkan
Megawati Soekarnoputri Ketua Umum PDI Perjuangan, bergoyang seirama menuju
genggaman kekuasaan perannya masing-masing.
Hal yang cukup
mengguncang adalah ketika sang Megawati mengusung Ahok sebagai cagub (calon
gubernur) di Pilkada DKI Jakarta 2017. Bersama kader PDI-Pnya sendiri, Djarot
Saiful Hidayat sebagai cawagub (calon wakil gubernur), selasa malam lalu,
(20/9/2016).
"Trio Wow-Wow", dari kiri ke kanan, Ahok, Jokowi, Megawati | Foto via Indoberita
Bukan rahasia umum lagi
bahwa Ahok dimusuhi rakyat kecil di Jakarta. Para warga yang tergusur akibat
program Ahok yang tak berprikemanusiaan menimbulkan dendam kesumat terhadap
petahana tersebut. Salah satu buktinya adalah Ahok pernah ditimpuk batu oleh
warganya sendiri, dan saat kejadian itu, Ahok merasa trauma sampai saat ini.
Dan tak heran pula,
jika mantan Bupati Belitung Timur tersebut kemana-mana saat mengunjungi
warganya, yang menurut Ahok tak menyukai dirinya, membawa pasukan pengawal dari
pihak Polri. Inilah fenomena sepanjang sejarah pemimpin Indonesia yang
ketakutan berhadapan dengan warganya sendiri.
Selain itu, semakin
geram warganya, karena si Ahok ini hanya berani terhadap rakyat kecil. Dan
malah sebaliknya membela mati-matian para pengembang yang memberi
keuntungannya. Tak salah, jika Ahok yang saat ini sebagai Gubernur DKI Jakarta,
juga bergelar Gubernur Podomoro.
Tak hanya sampai di
situ, kelibatan Ahok dalam skandal kasus RS. Sumber Waras, menjadi buah bibir publik.
Kerugian Negara terhadap kebijakan Ahok itu masih di pertanyakan sampai detik
ini. Namun bukan namanya sang pendekar Ahok di dunia persilatan, jika ia menyerah
begitu saja. Terbukti ia masih sumringah saja di layar kaca dan di depan media.
Apalagi empat partai raksasa mendorongnya maju di Pilkada, yakni Golkar,
Hanura, Nasdem, dan PDI-P.
Berbagai pengamat
politik meneropong, sang pejawat ini berada di atas angin dalam perpolitikan. Empat
partai tersebut menyumbang 52 kursi DPRD dukungannya di Pilkada DKI nanti. Ditambah
lagi dengan elektabilitas Ahok yang semakin naik. Ya, naik, karena surveinya
dari kaum mereka sendiri. Namun begitu, tetap saja memberi pengaruh terhadap
warga DKI Jakarta sendiri.
Selanjutnya Joko
Widodo, memang tuan presiden ini tidak menampakkan secara langsung dukungannya
terhadap Ahok. Publik juga sadar kok, mesranya mereka sejak jadi gubernur dan
wakil gubernur DKI dulu, sampai saat ini saling berbisik-bisik di istana. Siapa
tahu juga apa misi dan visi mereka selanjutnya? Terlebih lagi beberapa minggu
yang lalu mereka bersama-sama menghadap ke Ratu PDI-P, Megawati Soekarnoputri.
Lengkaplah rencana Trio Wow-Wow dalam agenda 7 tahun ke depan.
Mungkin juga, Jika Ahok
berhasil mempertahankan kursi gubernur DKI Jakarta. Maka di Pemilu Presiden
2019, sang Ahok akan diduetkan dengan Joko Widodo sebagai capres dan Ahok
sebagai cawapres. Maka secara otomatis jika duet ini berhasil, maka Kader PDI-P
sendiri, yakni Djarot otomastis menjadi Gubernur Petahana DKI Jakarta.
Lengkaplah kuku
kekuasaan sang Ratu PDI-P, Megawati. Dan itu belum lagi para kader PDI-P lain,
seperti Tri Rismaharini yang mungkin juga disiapkan untuk Gubernur Jawa Timur.
Wah… makin bahagialah sang ratu di istana PDI-P.
Membahas politik, tentu
kita ingin tahu sejauh mana perkembangan kekuasaan itu untuk menyejahterakan
rakyat Indonesia. Maka timbul pertanyaan, semakin maju dan sejahtera kah rakyat
Indonesia di bawah kepemimpinan Joko Widodo? Jika dinilai gencarnya wong Solo
itu dalam pembangunan insfasruktur, maka ada yang berpendapat, iya negara ini
mulai bergeliat.
Di samping itu juga
utang negara tercinta kita ini melejit naik setiap bulannya. Dalam kurun waktu
Juli-Agustus 2016, bertambahnya utang pemerintah Indonesia sebesar Rp 78,47
triliun. Nah, total utang Indonesia saat ini menembus Rp 3.438,29 triliun, dari
laporan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR).
Semakin maraknya
penggaguran disebabkan gulung tikarnya perusahaan-perusahaan besar, ini juga
mempertanyakan peran negara terhadap perusahaan? Carut-marut kah sudah Negara ini?
Di mana rakyat Indonesia sendiri di-PHK, pekerja asing dari Cina membanjiri
proyek-poyek besar kerjasama antara Indonesia dengan negara luar, seperti Negara
Cina.
Dan semakin ketahuan
lagi mulai bangkrutnya Indonesia, berbagai upaya dari pemerintah untuk
memangkas gaji para guru PNS. Dan secara tak malu-malu Jokowi meminta keuangan
Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) untuk membantu program-programnya. Tampaknya
Jokowi memang sudah kalap mencari dana, untuk menutupi segala kebijakannya yang
ceroboh selama ini.
“Uang
ada.. uang ada, tinggal kita mau kerja nggak?” ujar Jokowi untu menarik
perhatian publik, dua tahun yang lalu saat kampanye.
Sepertinya juga, kalau
tidak salah, hanya Jokowi lah satu-satunya Presiden Indonesia yang mau
menggangu keuangan Baznas. Apa saya keliru atau bagaimana?
Dan buruknya saat
anggota DPR RI teriak-teriak minta naik gaji, padahal gajinya juga sudah besar.
Bahkan disebut pula gaji anggota DPR RI adalah gaji anggota DPR terbesar di dunia,
mengalahkan gaji anggota DPR di Amerika Serikat. Itu pun sudah diketahui rakyat
Indonesia, mereka kerjanya tidak becus, korupsi pula, ditambah lagi tak memihak
rakyat kecil.
Apa berani Jokowi
membungkam mulur mereka yang teriak-teriak begitu? Sementara utang Indonesia
terus membengkak, besar… besar, dan lama-lama akan meletus. Hanya menunggu
waktu.
Lalu bagaimana dengan
Megawati Soekarnoputri? Memang benar ia adalah seorang putri dari Soekarno,
presiden pertama Indonesia, yang sudah tak diragukan lagi pengabdiannya
terhadap rakyat. Digelari pula Bung Karno itu sebagai Penyambung Lidah rakyat. Meski
begitu, sungguh bertolak belakang prinsip-prinsip Soekarno dengan Megawati.
Pernah juga sempat
disindir oleh sejarawan sekaligus sastrawan Indonesia terbesar abad 20,
Pramoedya Ananta Toer, dengan tegas ia katakan: Megawati memang anak biologis
Soekarno, tapi tidak anak idealis Soekarno.
Nah uniknya, sekaligus
lucu sebenarnya, Megawati ditubuh PDI-P selalu mengait-ngaitkan nama besar Bung
Karno di setiap kepentingan PDI-P itu sendiri. Bahkan juga dengan slogan yang
selalu diteriakkan PDI-P Partai Wong Cilik. Hah, partai wong cilik, yakin?
Bahkan pula, adik
kandung Megawati yaitu Rachmawati Soekarnoputri secara terang-terangan selalu
mengeritik kakaknya. Bahkan tak sungkan mengatai kakaknya hanya menjual nama
besar ayah mereka untuk kepentingan partai dan mengelabui rakyat Indonesia. Nah,
loh…
Sehari yang lalu
seorang Ketua RT di Jakarta sangat kecewa terhadap keputusan Megawati mengusung
Ahok. Menurutnya Ahok itu tidak pantas diusung karena ia adalah gubernur yang
berbahaya bagi rakyat kecil, masa depan warga kecil di Jakarta akan terancam karena
program Ahok yang hobinya main gusur saja. Komunikasi yang tak baik antara
pemerintah dan warga yang digusur, tak mampu Ahok menjalankannya.
Cukup menggelikan,
Ketua RT itu menyebut PDI-P Partai Anti Wong Cilik. Dan sepertinya memang iya,
jika memang PDI-P komitmen terhadap prinsipnya, masih banyak lagi kader PDI-P
yang lebih baik dari Ahok, dan tentunya berprikemanusiaan tinggi. Bukan seperti
si Ahok! Tapi keputusan sang ratu sudah terjadi. Dengan segenap kekuatannya
mereka akan mengantarkan Ahok ke kursi gubernur yang kedua kalinya. [Klickberita.com]
Info
penting: Klickberita.com di-upadet setiap Sabtu pagi.
Posting Komentar untuk "“Duet Maut Trio Wow-Wow”, Ahok, Jokowi, dan Megawati "