Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dua Akibat Paling Berbahaya di Dunia Remaja

Klickberita.com – Sebagai orangtua tidak hanya dituntut memberikan kehidupan yang baik pada anaknya, seperti pendidikan, uang saku yang cukup, segala permintaan yang diminta anak, dan memberikan pemahaman hidup yang meliputi agama, Negara, sosial, dan lingkungan sekitar.

Namun orangtua juga harus ketat mengawasi anak-anaknya dalam kesehariannya, terlebih lagi anaknya yang perempuan. Seorang putri yang tumbuh di zaman modern ini cukup rentan terjerumus pergaulan bebas. Apalagi anak-anak kita sudah sok mengenal Hak Asasi Manusia, dan terlalu angkuh berbicara demokrasi.


Pacaran di bangku sekolahan (Ilustrasi) | Foto Istimewa

Padahal pemahaman dirinya kosong melompong arti kehidupan yang sebenarnya. Sangat memilukan pada generasi muda saat ini yang sudah terlalu jauh menyimpang dari jalan kebenaran. Mereka lebih mengutamakan keegoisan diri sedniri, dibandingkan orang-orang yang menyayanginya.

Jika sudah terlanjur demikian, orangtua sudah harus lebih tegas lagi mendidik anak-anaknya. Pengawasan ketat selama 24 jam, sejak anak kita bangun tidur, sampai kembali tidur. Ini bukan cara otoriter untuk mendidik anak, namun menjaga anak kita dari dunia luar yang cukup berbahaya baginya.

Dari laporan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) 2014 lalu, Komnas meneliti perilaku seks remaja di kalangan SMA dan SMP. Hasilnya dari 4.726 responden, sebanyak 97% pernah menonton pornografi, 93,7% mengaku sudah tak perawan, dan 21,26% sudah pernah melakukan aborsi. Bukankah cukup ngeri angka di tahun 2014 itu? Dan data tersebut diambil dari dua tahun yang lalu, berarti 2012.

Jadi kita bisa berpikir keras bagaimana lagi angka perilaku seks di tahun 2015 atau 2016. Sepertinya jumlah angkanya terus naik, melihat fenomena sosial yang terjadi saat ini. Yang meski diperhatikan adalah salah satu pintu yang dilewati perilaku seks tersebut adalah melalui pacaran.

Laporan Antaranews, sebanyak 300 responden SMA, SMK, dan MA di Surayaba yang diteliti oleh mahasiswa ITS, melalui selebaran kuesioner yang dibagikan secara acak bulan Juni 2016 lalu. Hasilnya adalah 36% wajar berpelukan saat berpacaran, dan 19% wajar berciuman saat berpacaran. Hasil lainnya, 17% berjalan berdua tanpa mengajak teman, 5% memilih tempat sepi saat kencan, dan 2% melakukan hubungan seks tanda cinta.

Tak pelak lagi pacaran adalah pintu seks bebas pergaulan remaja saat ini. Masihkan anak-anak kita dibiarkan begitu saja dalam pergaulannya di sekolah? Jika kita sebagai orangtua membiarkan mereka demikian, bisa jadi anak-anak kita, adik-adik kita adalah salah satu korban pergaulan bebas di kemudian hari.

Selain perilaku seks yang dilakukan remaja, kebiasaan buruk lainnya di luar rumah adalah menggunakan narkoba. Kepala BNN Provinsi DKI Jakarta mengungkapkan pengguna narkoba di bangku pendidikan, SMP, SMA dan kampus di Jakarta mencapai 4,7%. Cukup rawan angka yang demikian itu tentunya.

Dunia remaja saat ini sudah dikepung berbagai kejahatan yang sangat berbahaya bagi mereka. Tak sampai di situ, tayangan televisi dan media-media online juga turut berbahaya bagi generasi muda. Kita bisa lihat tayangan-tayangan tidak senonoh kerap tampil di layar kaca, tulisan-tulisan fulgar ramai di situs-situs populer di Indonesia. Bahkan tak jarang pula media-media secara tak langsung mengajarkan pacaran kepada pembacanya. Ironis sekali.

Jika anak-anak kita, adik-adik kita mengonsumsi yang begitu pelan-pelan mereka akan mempraktikannya di kehidupan nyata. Di sinilah tugas kita membentengi bahaya luar pada keluarga kita, memberikan pemahaman bahaya yang terjadi jika mereka salah menerapkan prinsip dalam hidupnya.

Dua bahaya tersebut, yakni perilaku seks dan narkoba jika sudah jadi korban, tak ada lagi penawarnya. Rusak sudah semuanya. Musnah semua harapan dan cita-cita mereka. Hanya kepingan penyesalan sajalah yang bisa ditangisi.

Apa bisa mengembailkan perawan yang hilang?

Apa bisa sembuh total dari narkoba?

Tentu tidak bisa, semua itu sudah terjadi, dan sudah merusak badan, psikologis, juga mengganggu kejeniusan karena mental sudah tak stabil. Sebab itulah sebelum bencana yang berbahaya itu terjadi, kita harus membentengi mereka sekuat-kuatnya.

Biarlah dianggap otoriter, dianggap kejam, atau dianggap sudah keterlaluan. Namun demi mengantarkan orang-orang yang kita sayangi di bangku kesuksesan kelak, tak mengapa mereka menilai begitu pada kita.

Suatu hari nanti mereka akan sadar sendiri, betul-betul paham kenapa kita seperti ini, kenapa kita terlalu tegas pada mereka, dan kenapa kita juga banyak mengatur mereka semasa remaja. [Asmara Dewo]

Info penting: Klickberita.com di-update setiap Sabtu pagi. 

Posting Komentar untuk "Dua Akibat Paling Berbahaya di Dunia Remaja"